Selasa 18 Mar 2025 11:48 WIB

Perputaran Uang Lebaran 2025 Diprediksi Turun Dibanding Tahun Lalu

Bank Indonesia telah menyiapkan Uang Layak Edar (ULE) sebesar Rp 180,9 triliun.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Gita Amanda
Perputaran uang selama libur Idul Fitri 1446 Hijriah diprediksi mencapai Rp 137,97 triliun, mengalami penurunan dibandingkan tahun lalu, (ilustrasi)
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Perputaran uang selama libur Idul Fitri 1446 Hijriah diprediksi mencapai Rp 137,97 triliun, mengalami penurunan dibandingkan tahun lalu, (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perputaran uang selama libur Idul Fitri 1446 Hijriah diprediksi mencapai Rp 137,97 triliun, mengalami penurunan dibandingkan tahun lalu yang mencapai Rp 157,3 triliun. Penurunan ini sejalan dengan berkurangnya jumlah pemudik yang diperkirakan hanya 146,48 juta orang atau turun 24 persen dibandingkan 193,6 juta pemudik pada 2024.  

Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Pengembangan Otonomi Daerah Sarman Simanjorang menjelaskan bahwa prediksi perputaran uang tersebut didasarkan pada asumsi jumlah pemudik yang terdiri dari sekitar 36,26 juta keluarga. Setiap keluarga diperkirakan membawa uang rata-rata Rp 3,75 juta, naik 10 persen dibandingkan tahun lalu. Jika dana yang dibawa meningkat menjadi Rp 4 juta per keluarga, maka perputaran uang bisa mencapai Rp 145,04 triliun.  

Baca Juga

"Meski rata-rata uang yang dibawa pemudik meningkat, jumlah pemudik yang menurun cukup signifikan, sehingga perputaran uang tahun ini juga ikut turun dibandingkan tahun lalu. Namun, angka ini masih bisa bertambah jika belanja masyarakat lebih besar dari perkiraan," ujar Sarman, Selasa (18/3/2025).  

Menurutnya, ada beberapa faktor yang menyebabkan penurunan perputaran uang selama libur Lebaran tahun ini. Salah satunya adalah jarak libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) yang berdekatan dengan Idul Fitri, sehingga banyak masyarakat yang telah mengalokasikan anggaran liburan pada akhir tahun lalu dan memilih tidak mudik saat Lebaran. Selain itu, kondisi ekonomi yang menantang membuat masyarakat lebih berhati-hati dalam mengatur pengeluaran, terutama dengan adanya kebutuhan biaya sekolah di tahun ajaran baru.  

"Selain faktor liburan Nataru, masyarakat juga cenderung menahan belanja karena kondisi ekonomi yang masih belum stabil. Banyak yang lebih memilih menabung untuk kebutuhan sekolah anak-anak mereka dalam beberapa bulan ke depan," jelas Sarman.  

Faktor lain yang turut berpengaruh adalah meningkatnya angka Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) di beberapa sektor industri, yang berdampak langsung pada daya beli masyarakat. Ditambah lagi, kondisi cuaca yang kurang mendukung turut memengaruhi niat masyarakat untuk mudik dan melakukan perjalanan wisata.   

Meski begitu, Bank Indonesia telah menyiapkan Uang Layak Edar (ULE) sebesar Rp 180,9 triliun untuk memenuhi kebutuhan masyarakat selama Ramadan dan Idulfitri 2025. Namun, Sarman menilai bahwa tidak semua uang tersebut akan terserap sepenuhnya, mengingat berbagai faktor yang menekan pengeluaran masyarakat tahun ini.  

Perputaran uang selama libur Idul Fitri 2025 diperkirakan akan tersebar dengan dominasi 60 persen di Pulau Jawa sebagai tujuan utama mudik, terutama di Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, Yogyakarta, Banten, dan Jabodetabek. Sementara itu, 40 persen sisanya akan tersebar di luar Jawa, seperti Sumatera, Kalimantan, Bali, NTB, Sulawesi, NTT, Maluku, dan Papua.   

Sarman menyebutkan bahwa beberapa sektor usaha masih akan merasakan dampak positif dari perputaran uang Lebaran, terutama industri makanan dan minuman, fashion, ritel, serta pedagang sembako. Sektor pariwisata juga berpotensi mendapatkan keuntungan, termasuk hotel, restoran, destinasi wisata, serta UMKM yang menjual makanan khas daerah dan oleh-oleh. Selain itu, sektor transportasi darat, laut, dan udara juga diprediksi mengalami lonjakan aktivitas, mencakup bus, kereta api, mobil pribadi, kapal penyeberangan, hingga pesawat terbang.  

"Pemerintah juga berupaya menggenjot konsumsi masyarakat selama Idul Fitri dengan berbagai stimulus, seperti bantuan sosial, diskon harga tiket pesawat dan tarif tol, serta pencairan Tunjangan Hari Raya (THR) bagi ASN dan pekerja swasta. Dorongan insentif bagi pengemudi ojek online juga diharapkan bisa menambah daya beli," kata Sarman.   

Ia menambahkan bahwa dengan meningkatnya konsumsi rumah tangga selama libur Idulfitri, pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi pada kuartal I-2025 bisa mencapai lebih dari 5 persen. Hal ini diharapkan menjadi landasan bagi pertumbuhan ekonomi nasional sepanjang 2025, yang ditargetkan berada di kisaran 5 sampai 5,1 persen.   

Lebih lanjut, Sarman menekankan perputaran uang di berbagai daerah tujuan mudik diharapkan dapat menggairahkan perekonomian lokal dan memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.   

"Para pelaku usaha di daerah harus bisa memanfaatkan momentum ini dengan memberikan pelayanan terbaik, sehingga para pemudik lebih tertarik membelanjakan uang mereka di kampung halaman, baik untuk wisata, kuliner, maupun oleh-oleh sebelum kembali ke kota," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement