REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Industri otomotif pada tahun 2025 masih bisa untuk bertumbuh dan sangat menjanjikan, salah satunya didorong oleh minat masyarakat terhadap kendaraan listrik. Namun, pasar industri otomotif tersebut sangat bergantung juga pada kebijakan multisektoral yang mempengaruhi daya beli masyarakat.
“Kalau untuk EV akan tumbuh pasarnya,” kata Pengamat otomotif Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) Riyanto, dikutip Kamis (13/2/2025).
Hal tersebut bukan tanpa alasan. Hingga saat ini pemerintah tengah berupaya untuk menghadirkan berbagai fasilitas pendukung yang semakin memudahkan para pengguna kendaraan listrik di tanah air.
Di samping itu, pertumbuhan kendaraan EV di Indonesia juga karena adanya beragam inovasi dan juga teknologi yang banyak disajikan oleh para produsen otomotif yang memasarkan kendaraan mereka di Indonesia.
“Masih dapat insentif, banyak pilihan model dan ada pilihan model EV yang 7 seater,” ucap dia.
Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI), Suwandi Wiratno meminta kepada pemerintah untuk menimbang kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPn) menjadi 12 persen.
Hal tersebut dinilai dapat memperlambat pertumbuhan industri otomotif di tanah air, karena akan memicu kenaikan harga kendaraan.
“Kalau bisa pemerintah bertahan dengan PPN 11 persen, karena terus terang dengan kenaikan suku bunga yang seperti ini menjadi kendala sulit untuk tumbuh. Artinya, kalau ada kebijakan pemerintah bertahan di 11 persen pertumbuhan industri otomotif mungkin masih akan terjadi. Kalau PPN 12 persen kembali lagi Itu kan efeknya kepada harga mobil, ya,” kata dia.
Riyanto sependapat bahwa total market pada tahun 2025 bakal akan kurang menggairahkan dibandingkan dengan tahun 2024 apabila tidak didukung dengan kebijakan mendukung industri.