REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Hutama Karya Infrastruktur menyatakan masih membutuhkan sejumlah kajian terkait kemungkinan perubahan trase Tol Seksi Padang-Pekanbaru Seksi Sicincin-Bukittinggi.
"Kami masih dalam tahap desain, sehingga membutuhkan kajian dan belum bisa diputuskan apakah menggunakan trase awal atau ada perubahan," kata Direktur Operasi III PT Hutama Karya Koentjoro saat meninjau lokasi pengerjaan Jalan Sitinjau Lauik, di Padang, Sumatera Barat, Jumat (17/1/2025).
Menurutnya, apabila nantinya dalam kajian tersebut terdapat pertimbangan lain, maka trase yang awalnya dari Sicincin-Bukittinggi akan dialihkan ke Kabupaten Tanah Datar. Beberapa pertimbangan Hutama Karya, yakni terkait lahan, biaya hingga pertimbangan atau masukan masyarakat yang lahannya terdampak pembangunan proyek strategis nasional tersebut.
Ketika dikonfirmasi lebih jauh apakah perubahan trase tersebut lebih memangkas jarak dan biaya, Hutama Karya belum memberikan penjelasan detail karena masih dalam tahap pengkajian tim di lapangan.
"Kajian ini mungkin memakan waktu enam hingga satu tahun," ujar dia pula.
Hutama Karya membenarkan hingga saat ini pembebasan lahan untuk trase awal Sicincin-Kota Bukittinggi belum dilakukan, karena masih menunggu penetapan lokasi dan pengusulan trase.
Wakil Ketua Komisi VI DPR RI yang salah satunya membidangi Kementerian BUMN, Andre Rosiade mengatakan kelanjutan Tol Padang-Pekanbaru Seksi Sicincin-Bukittinggi diperkirakan membutuhkan biaya hingga Rp 60 triliun. Anggaran tersebut nantinya akan diusulkan Hutama Karya sebagai pihak pengembang ke Kementerian Pekerjaan Umum dan Kementerian BUMN menggunakan penyertaan modal negara (PMN) 2026.
"Kalau usulan PMN itu disetujui barulah di akhir 2026 Hutama Karya akan melanjutkan pembangunan trase Sicincin-Bukittinggi," kata dia lagi.
Ia menjelaskan anggaran Rp 60 triliun tersebut terbagi atas dua pengerjaan utama, yakni Rp 20 triliun pembangunan terowongan yang akan dilakukan oleh Japan International Cooperation Agency (JICA), dan sisanya untuk pengerjaan jalan tol.