REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Sepanjang tahun 2024, total impor Indonesia mencapai 233,66 miliar dolar Amerika Serikat (AS). Jumlah demikian menunjukkan peningkatan sebesar 5,31 persen, dibandingkan tahun lalu.
Data ini berdasarkan paparan Badan Pusat Statistik, pada Rabu (15/1/2025). "Peningkatan nilai ini terjadi, baik pada impor migas maupun impor nonmigas," kata PLT Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, dalam konferensi pers di kantornya.
Ia melanjutkan, untuk nilai impor bahan baku penolong, mencapai 169,68 miliar dolar AS. Dimana impor bahan baku penolong ini mengalami kenaikan sebesar 5,29 persen, dibandingkan tahun 2023.
Kemudian, jika dilihat negara utama asal impor, maka peningkatan nilai impor terjadi dengan China, Singapura, dan ASEAN. "Sementara Impor Indonesia dengan Jepang dan Uni Eropa, mengalami penurunan sepanjang tahun 2024, jika dibandingkan dengan tahun 2023," ujar Amalia.
Sepanjang tahun 2024, komoditas yang paling banyak diimpor Indonesia adalah mesin dan peralatan mekanis (HS 84). Impor kelompok komoditas ini mencakup sekitar 16,98 persen dari total impor nonmigas. Di mana nilai impornya adalah sebesar 33,51 dolar AS sepanjang 2024 dan impor komoditas ini meningkat 4,23 persen, dibandingkan dengan tahun 2023.
Negara asal utama impor nonmigas mesin peralatan,mekanis dan bagiannya (HS 84) adalah China, yang memberikan share 51,01 persen dari total impor HS 84 itu. Nilainya menyentuh angka 17,10 dolar AS. Kedua, impornya berasal dari Jepang atau sekitar 9 persen dengan nilai 3,02 miliar dolar AS, lalu dari Singapura sebesar 5,30 persen, dengan nilai 1,78 miliar dolar AS.
Pada Desember 2024, total nilai impor Indonesia, mencapai 21,22 miliar dolar AS. Berikut, beberapa catatan peristiwa yang dapat berpengaruh terhadap perkembangan ekspor, impor, dan neraca perdagangan bulan Desember 2024. Pada Desember 2024, secara umum perubahan harga komoditas di pasar internasional bervariasi. Penurunan harga bulanan terjadi pada komoditas energi, logam mineral, dan logam mulia. Sementara harga komoditas pertanian naik, didorong oleh peningkatan harga minyak kelapa sawit, kakao, dan kopi.
Secara rata-rata, harga komoditas pertanian, logam mulia, serta logam mineral, mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan rata-rata tahun 2023. Lalu, rata-rata harga komoditas energi tahun 2024 mengalami penurunan sebesar 5,07 persen, dibandingkan dengan rata-rata harga tahun 2023. Pada Desember 2024, PMI Manufaktur di beberapa negara mitra dagang utama menunjukkan pelemahan, seperti Amerika Serikat (49,4), dan Jepang (49.6), alias berada pada zona kontraksi. Sementara China (50,5), dan India (56,4), berada di zona ekspansif.