REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Holding PT Perkebunan Nusantara III (PTPN III) kembali memastikan akan memasuki swasembada gula konsumsi pada 2025 ini. Ini semakin memastikan pada 2028 akan bisa tercapai swasembada gula secara nasional, meski masih separuh di bawah produksi sebelum Indonesia merdeka.
Pemenuhan gula konsumsi dan industri secara nasional itu disampaikan Dirut Holding PTPN III, Mohammad Abdul Ghani, berkaitan dengan target swasembada gula secara nasional, sebagaimana yang dibebankan pemerintah kepada BUMN ini.
"Sebagai pertanda pencapaian swasembada itu, akan dilakukan acara panen raya tebu rakyat di Jawa Timur pada akhir tahun nanti, " katanya saat menjelaskan kinerja sub holding Sugar Co di Kantor Holding PTPN III di Jakarta, Rabu (8/1/2025).
Ghani menegaskan, swasembada konsumsi gula ini, semakin meyakinkan pihaknya akan bisa swasembada gula hingga tidak diperlukan impor lagi. Hanya saja, kata dia, peranan pemerintah tetap diperlukan untuk mengatur tata kelola perdagangan gula agar terhindar fluktuasi harga yang bisa merugikan petani.
Sebagaimana diketahui, lewat anak perusahan PT Sinergi Gula Nusantara (SGN) yang bernaung di bawah kelompok usaha Sugar Co, menyumbang sebesar 50 persen terhadap kenaikan produksi gula nasional. Produksi gula nasional hingga akhir giling tebu 2024 mencapai 2,46 juta ton.
Angka itu mengalami peningkatan sebesar 190 ribu ton, atau sekitar 10 persen dibanding 2023 yang tercatat sebanyak 2,27 juta ton. Holding PTPN III sendiri berhasil meningkatkan produksi gula sebesar 13 persen, yakni dari 752 ribu ton pada 2023 menjadi 851 ribu ton pada tahun ini.
Kenaikan sebesar 100 ribu ton tersebut berkontribusi signifikan terhadap pencapaian kenaikan gula nasional. “Ini merupakan suatu capaian positif dari hasil kerja keras dan langkah-langkah strategis yang telah dijalankan perusahaan," papar Ghani.
"Tapi hasil yang ditargetkan sampai 2030 itu, masih jauh di bawah produksi gula saat Indonesia belum merdeka," papar Ghani lagi.
Pada masa itu, tambahnya, Indonesia bahkan bisa menjadi eksportir gula di pasaran dunia, kendati arealnya jauh di bawah areal tebu pada lima tahun terakhir. Ia menyampaikan, dengan luas lahan tebu hanya 196.592 ha sampai 1930, Indonesia mampu menghasilkan rata-rata 14,79 ton gula per ha. Semntara dengan luas lahan tanam lebih dua kali lipat pada 209, Indonesia hanya mampu menghasilkan 2,1 juta ton pada 2020, atau sepertiga dari produksi pada 1930.
Tapi dengan berbagai program intensfikasi dan ekstensifkasi yang dilakukan Holding PTPN III, pelan-pelan produktivitas gula nasional membaik. Capaian positif ini, kata Ghani lagi, tidak lepas dari program transformasi bisnis yang gencar dilakukan oleh Holding PTPN III.
Hal ini sejalan dengan semangat Holding PTPN III dalam mewujudkan Perpres No. 40 Tahun 2023 tentang Percepatan Swasembada Gula Nasional dan Penyediaan Bioetanol sebagai bahan bakar nabati (biofuel). Dalam Perpres itu, PTPN mendapat mandat untuk swasembada gula konsumsi di tahun 2028 dan gula industri di tahun 2030 mendatang.
Dirut Holding PTPN III meyakini, dari sisi produktivitas Holding PTPN III mencatat hasil yang lebih baik dibandingkan rata-rata nasional. Angka produktivitas gula nasional mencapai 4,73 ton per hektare (ha), sementara produktivitas Holding PTPN III mencapai 4,77 ton per ha.
Ghani mengatakan, guna mencapai target swasembada gula konsumsi 2028 itu, PT SGN, sebagai anak perusahaan yang mengelola 36 Pabrik Gula PTPN Group, terus melakukan perbaikan tata kelola perusahaan. Mulai dari perbaikan kinerja operasional sampai dengan perbaikan hubungan antar-stakeholder, khususnya petani dan industri gula, serta dukungan dari kementerian/lembaga pemerintah lainnya.
Salah satu program memasuki tahun 2025 ini, menurut Ghani, adalah penguatan ekosistem tebu rakyat (ETERA). Program utama ETERA adalah digitalisasi proses, mulai dari memfasilitasi akses pendanaan, sampai pada tatakelola penjualannya.
Hal itu dilakukan dengan mengintensifkan Kredit Usaha Rakyat (KUR), sampai pengawalan operasional excellence dengan membentuk Satgas Tebu Rakyat berjumlah 2.152 petugas, serta penyiapan bibit berkualitas yang lebih terencana.