REPUBLIKA.CO.ID, KEPULAUAN SERIBU -- Sinar matahari di ufuk timur Pulau Panggang, Kepulauan Seribu mulai meninggi. Waktu sudah menunjukkan pukul 6 pagi. Ahmad menarik tali yang tersangkut di mesin diesel hingga baling-baling penggerak berputar. Dengungan terdengar dari arah bawah kapal, pertanda mesin telah menyala dan bersiap mengarungi lautan.
Bersama 14 anggota, Mansyur, Ketua Kelompok LKM (Lembaga Keswadayaan Masyarakat) Wisata Bahari membelah gelombang laut menggunakan kapal kayu. Tujuan mereka Keramba Jaring Apung (KJA) yang berjarak 10 menit dari Pulau Panggang. KJA ini merupakan pemberian PHE OSES.
Enam KJA berukuran masing-masing 3 x 3 meter ini dapat menampung setidaknya seribu bibit ikan kerapu. Nantinya, bibit ikan ini akan dibudidayakan hingga mencapai ukuran tertentu. Kemudian bibit tersebut dijual kepada nelayan lainnya untuk dilakukan pembesaran.
Sebagai pengelola KJA, kelompok LKM Wisata Bahari melihat potensi budidaya ikan di Kepulauan Seribu cukup tinggi. Namun, untuk mengembangkannya, perlu dukungan dari berbagai pihak. “Terima kasih PHE OSES. Bantuan KJA ini dapat memudahkan nelayan untuk budidaya bibit ikan,” ujar Mansyur.
Inisiatif pemberian KJA ini berawal dari aktivitas program pemberdayaan masyarkaat PHE OSES yang bermitra dengan Pokdakan (Kelompok Pembudidaya Ikan) Kerapu Cantik, Setiap tahunnya pokdakan tersebut membeli bibit hingga ke luar daerah, yang mengakibatkan meningkatnya kebutuhan operasional. Kebutuhan bibit tidak hanya diperlukan oleh kelompok mitra binaan, tetapi juga oleh beberapa pokdakan lainnya. Selain itu, dengan keberadaan keramba pembibitan lokal, risiko bibit mati sebelum diambil dan dibeli oleh pokdakan dapat dikurangi. Kondisi bibit yang tidak memerlukan adaptasi dengan kondisi perairan juga menjadi potensi yang dapat dipertimbangkan.
Selain pemberian KJA, Program Palu Gada (Panggang Lestari dan Mandiri Mendukung Kegiatan Budidaya Ikan Berkelanjutan), PHE OSES juga turut mendorong nelayan budidaya lainnya di Pulau Panggang untuk menciptakan pakan alternatif dengan menggunakan maggot. Maggot merupakan larva dari lalat jenis black soldier, yang mampu mengurai sampah organik dari rumah tangga. Hasil dari uraian sampah ini tidak hanya berupa maggot, tetapi juga kasgot yang berguna untuk menyuburkan tanaman. Kasgot merupakan bentuk pupuk organik yang berasal dari sisa makanan maggot.
“Program Palu Gada ini bertujuan untuk mendukung usaha budidaya nelayan di Pulau Panggang melalui penyediaan keramba sebagai sarana pembibitan dan pembuatan pakan alternatif. Dengan adanya keramba jaring apung ini, diharapkan dapat menekan biaya produksi nelayan budidaya, yang berdampak pada bertambahnya penghasilan nelayan,” kata Indra Darmawan, Head of Communication Relation & CID PHE OSES.
Potensi efisiensi biaya operasional untuk pembudidaya ikan dapat dicapai melalui penggunaan pakan yang lebih efisien serta pengelolaan sistem budidaya yang optimal. Dengan langkah-langkah tersebut, pembudidaya ini dapat menekan biaya produksi, meningkatkan hasil budidaya secara keseluruhan, dan meningkatkan profit usaha budidaya ikan.
Dalam menjalankan program-program pemberdayaan masyarakat, PHE OSES merujuk pada prinsip pemenuhan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/ SDGs), khususnya tujuan nomor satu Tanpa Kemiskinan, tujuan nomor dua Tanpa Kelaparan, tujuan nomor 8 Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi, serta tujuan nomor 14 Ekosistem Laut.