Senin 11 Aug 2025 15:33 WIB

Nelayan Pulau Sabira Kini tak Perlu Ke Luar Pulau untuk Perbaikan Kapal

Dulu nelayan harus merogoh kocek hingga Rp350.000 hanya untuk perbaikan kapal.

Perbaikan kapal nelayan di Pulau Sabira, dulu menjadi tantangan, karena mahal dan memakan waktu. (ilustrasi)
Foto: Republika/Thoudy Badai
Perbaikan kapal nelayan di Pulau Sabira, dulu menjadi tantangan, karena mahal dan memakan waktu. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, PULAU SABIRA -- Di pulau terluar Jakarta ini, perbaikan kapal nelayan dulu menjadi tantangan, mahal dan memakan waktu. Untuk kerusakan ringan sekalipun, para nelayan terpaksa menempuh perjalanan jauh ke pulau lain, membayar ongkos hingga Rp350.000, dan kehilangan waktu melaut.

Kini, situasinya berubah. Sejak Desember 2024, PT Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE OSES) menghadirkan fasilitas bengkel docking kapal yang dikelola langsung oleh kelompok nelayan Pulau Sabira, Kelurahan Pulau Harapan. Program ini bukan sekadar menyumbang alat, tetapi membangun ekosistem ekonomi berkelanjutan di tengah masyarakat pesisir.

Baca Juga

Bengkel ini dilengkapi mesin bor, mesin gerinda, mesin las, hingga pondok penyimpanan peralatan agar terawat. Semua bisa digunakan nelayan dengan sistem sewa murah hanya Rp100.000–Rp150.000 untuk perbaikan ringan. Dana sewa dikelola kembali untuk perawatan alat dan mendukung kebutuhan kelompok nelayan lainnya.

“Sekarang, kami tidak perlu lagi bawa kapal ke luar pulau. Hemat biaya, hemat waktu,” ujar Sugianto, salah satu nelayan setempat, melalui siaran pers, Senin (11/8/2025).

Sebelum program ini berjalan, nelayan harus mengeluarkan biaya hingga tiga kali lipat untuk kerusakan yang sama, karena biaya sewa alat di luar pulau jauh lebih mahal. Dengan bengkel lokal, perbaikan bisa dilakukan segera, tanpa menunggu giliran atau meminjam peralatan dari tempat lain.

Menurut Head of Communication Relations & CID PHE OSES, Indra Dermawan, program ini dirancang untuk menjawab kebutuhan nyata masyarakat. “Kami ingin hadir sebagai mitra pembangunan, bukan hanya penyedia bantuan. Prinsip keberlanjutan menjadi dasar, agar manfaatnya terasa hingga generasi berikutnya,” katanya.

Bengkel docking ini bukan hanya soal alat, tapi juga wadah pemberdayaan. Nelayan kini lebih mandiri, punya kendali atas perawatan kapal mereka, dan perlahan membangun kemandirian ekonomi di wilayah terluar. “Program ini bukti kolaborasi perusahaan dan masyarakat bisa membawa perubahan nyata,” kata Indra.

Dari Pulau Sabira, cerita ini mengalir sebagai contoh langkah sederhana. Seperti halnya menyediakan bengkel docking, bisa menjadi titik balik kehidupan masyarakat pesisir yang selama ini kerap terabaikan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement