REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Analis mata uang Doo Financial Futures Lukman Leong mengatakan pelemahan rupiah dipengaruhi penguatan dolar Amerika Serikat (AS) setelah data klaim pengangguran AS sedikit lebih kuat dari perkiraan.
“Rupiah diperkirakan berkonsolidasi di tengah 'mood' liburan dengan potensi melemah terbatas terhadap dolar AS setelah data pekerjaan AS, klaim pengangguran, sedikit lebih kuat dari perkiraan,” ujar Lukman Leong di Jakarta, Jumat (27/12/2024).
Tercatat, klaim pengangguran AS mencapai 219 ribu dari perkiraan 224 ribu. Data ini juga lebih rendah dari angka sebelumnya yang sebesar 220 ribu.
Untuk ekonomi China, data laba industri melemah jadi minus 4,7 persen, turun dari bulan Oktober 2024 yang terkontraksi 4,3 persen.
“Namun, juga ada berita positif dari China sepekan ini, yaitu penerbitan 411 miliar dolar AS obligasi untuk mendukung ekonomi mereka, serta revisi pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dari 4,8 persen menjadi 4.9 persen untuk tahun ini oleh Bank Dunia. Untuk 2025, juga lebih tinggi dari 4,1 persen menjadi 4,5 persen,” ungkap dia.
Pada akhir perdagangan Jumat, rupiah melemah 45 poin atau 0,28 persen menjadi Rp 16.235 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp 16.190 per dolar AS.
Adapun Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia turut melemah ke level Rp 16.251 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp 16.208 per dolar AS.