Jumat 25 Oct 2024 20:09 WIB

BNI Catat Pertumbuhan Kredit 9,5 Persen  di Tengah Pemulihan Ekonomi

Pertumbuhan ini sejalan dengan pemulihan ekonomi nasional yang semakin membaik.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Ahmad Fikri Noor
Gedung PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI).
Foto: BNI
Gedung PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI mencatat kinerja keuangan yang solid pada kuartal III 2024. Capaian tersebut dapat dilihat dari pertumbuhan kredit mencapai 9,5 persen dengan total penyaluran mencapai Rp 735 triliun per September 2024.

Direktur Finance BNI, Novita Widya Anggraini mengatakan, pertumbuhan ini sejalan dengan pemulihan ekonomi nasional yang semakin membaik. Salah satu pendorong utama adalah segmen korporasi  dengan kenaikan 15,1 persen YoY, mencapai Rp 409,2 triliun.

Baca Juga

Segmen konsumer juga menunjukkan kinerja yang kuat, mencatat pertumbuhan 14,6 persen YoY menjadi Rp 137 triliun. Kredit personal (payroll) dan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) juga masih menjadi kontributor utama dalam pertumbuhan ini.

Novita menjelaskan, BNI tetap fokus pada perbaikan credit underwriting untuk segmen menengah dan kecil, menjadikannya siap untuk diversifikasi pertumbuhan kredit di tahun depan. "Kami percaya bahwa sinergi antar segmen akan membawa dampak positif bagi pertumbuhan BNI ke depan," ujarnya dalam Konferensi Pers Paparan Kinerja Kuartal III 2024 BNI di Jakarta, Jumat (25/10/2024).

Anak perusahaan BNI, BNI Finance, juga berperan sebagai mesin pertumbuhan baru. Kerja sama antara BNI dan BNI Finance dalam pembiayaan Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) berhasil mencatat penyaluran KKB mencapai Rp 1 triliun, meningkat dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Ini sejalan dengan strategi BNI untuk memperkuat kolaborasi di dalam Grup BNI.

Dari segi kualitas aset, BNI berhasil menjaga rasio kredit bermasalah atau Non-Performing Loan (NPL) di level 2 persen pada kuartal III 2024. Selain itu, kredit berisiko atau Loan at Risk (LaR) membaik menjadi 11,8 persen, yang memungkinkan Cost of Credit (CoC) tetap terjaga di angka 1 perseb. Beban provisi juga mengalami penurunan signifikan sebesar 19,7 persen YoY menjadi Rp5,4 triliun. Dukungan terhadap penyaluran kredit yang sehat juga berasal dari pertumbuhan dana CASA (giro dan tabungan), yang tumbuh 5,5 persen YoY, terutama didorong oleh pertumbuhan tabungan yang solid sebesar 7,4 persen YoY.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement