Kamis 17 Oct 2024 22:01 WIB

Realisasi Penyaluran Dana LPDB KUKM Baru 78 Persen, NPL Sebesar 2,48 Persen

Outstanding atau sisa pinjaman sejak 2008 tercatat sebesar Rp 4,11 triliun

Direktur Utama LPDB-KUMKM, Supomo, realisasi penyaluran dana bergulir senilai Rp 1,46 triliun baru mencapai 78 persen dari target.
Foto: dok LPDB KUKM
Direktur Utama LPDB-KUMKM, Supomo, realisasi penyaluran dana bergulir senilai Rp 1,46 triliun baru mencapai 78 persen dari target.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (LPDB-KUMKM) hingga September 2024 menyalurkan dana bergulir sebesar Rp 1,46 triliun hingga September 2024 dengan laju tingkat Non Performing Loan (NPL) sebesar 2,48 persen. Sementara secara akumulasi sampai 30 September 2024, telah menyalurkan dana bergulir sebesar Rp 19,11 triliun sejak tahun 2008.

Menurut Direktur Utama LPDB-KUMKM, Supomo, realisasi penyaluran dana bergulir senilai Rp 1,46 triliun baru mencapai 78 persen dari target. Meski begitu ia meyakini mampu mencapai target hingga akhir 2024.

"Kami meyakini hingga akhir tahun 2024 akan tercapai," kata Supomo, dalam keterangannya di Jakarta, Kamis (17/10). Supomo menyebut sejak 2008, pihaknya telah menyalurkan dana bergulir ke 36 provinsi dengan total 3.323 mitra yang menerima manfaat.

Sementara outstanding atau sisa pinjaman tercatat sebesar Rp 4,11 triliun. Lebih dari itu, lanjut Supomo, porsi pembiayaan untuk koperasi sektor riil (produksi) sepanjang 2024 sudah mencapai 60 persen. Angak ini terus mengalami peningkatan secara signifikan dari hanya 2 persen pada 2020.

Meski begitu, Supomo mengakui bahwa penyaluran dana bergulir untuk koperasi sektor riil lebih berisiko ketimbang ke Koperasi Simpan Pinjam atau KSP. "Sebab, masih banyak koperasi sektor riil yang belum siap menjadi sebuah korporasi," ujar Supomo.

Oleh karena itu, untuk penyaluran ke koperasi sektor riil, LPDB-KUMKM sudah menyiapkan inkubator, dimana koperasi akan diinkubasi dan diberikan pendampingan dalam menjalankan usahanya.

"Kita bentuk dan bangun ekosistemnya, dari hulu ke hilir. Sehingga, semuanya bisa kita pantau hingga cash to cash-nya, dalam skema yang sudah terdigitalisasi," kata Supomo.

Supomo mencontohkan Kopontren Al Ittifaq di Ciwidey, Bandung, yang telah memiliki ekosistem kuat. "Koperasi membeli semua hasil dari petani secara tunai, lalu dihubungkan dengan market atau offtaker," ucap Supomo.

Dalam kesempatan itu, Supomo menegaskan bahwa program dana bergulir dari LPDB-KUMKM telah memberikan dampak yang sangat positif bagi pertumbuhan koperasi dan UMKM di Indonesia.

"Dengan penyaluran dana yang terus meningkat setiap tahunnya, kami telah berhasil menjangkau lebih banyak UMKM melalui koperasi di seluruh pelosok negeri," kata Supomo.

Ditambahkan Supomo, keberhasilan ini tidak lepas dari dukungan penuh dari KemenKopUKM. "Sinergi yang kuat telah menjadi kunci keberhasilan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional," kata Supomo.

Capaian ini juga menunjukkan komitmen LPDB-KUMKM dalam mendukung pemulihan ekonomi nasional pascapandemi. Program penyaluran dana bergulir LPDB-KUMKM telah berhasil menjangkau banyak pelaku UMKM di seluruh Indonesia.

"Program ini telah memberikan kontribusi signifikan dalam meningkatkan akses pembiayaan bagi UMKM, terutama bagi mereka yang sulit mendapatkan pinjaman dari lembaga keuangan konvensional," kata Supomo.

Namun demikian, lanjut Supomo, meski telah mencapai banyak keberhasilan, LPDB-KUMKM menyadari bahwa masih banyak tantangan yang harus dihadapi dalam pengembangan UMKM. Maka LPDB-KUMKM berkomitmen untuk terus meningkatkan kualitas layanan dan memperluas jangkauan program, serta memperkuat kolaborasi dengan berbagai pihak terkait.

"Keberhasilan program Dana Bergulir LPDB-KUMKM tidak dapat dicapai sendiri. Dibutuhkan kolaborasi yang erat dengan berbagai pihak, baik pemerintah pusat maupun daerah, lembaga keuangan, perguruan tinggi, dan seluruh pemangku kepentingan lainnya," kata Supomo.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement