Selasa 17 Sep 2024 07:09 WIB

Masa Depan Energi Panas Bumi Jadi Tantangan dan Peluang dalam Dekade Berikutnya

energi panas bumi di Indonesia memiliki potensi yang sangat besar.

Rep: Antara/ Red: Gilang Akbar Prambadi
Ilustrasi: Instalasi pemanfaatan panas bumi untuk pembangkit listrik.
Foto: Republika/Bowo Pribadi
Ilustrasi: Instalasi pemanfaatan panas bumi untuk pembangkit listrik.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Industri panas bumi di Indonesia dan dunia terus berkembang dengan pesat menawarkan potensi besar dalam upaya memenuhi kebutuhan energi bersih dan berkelanjutan. Indonesia International Geothermal Convention & Exhibition (IIGCE) 2024 yang akan diselenggarakan pada 18 - 20 September 2024 di Jakarta Convention Center (JCC) ini menjadi momen penting untuk menyorot masa depan energi panas bumi, mengidentifikasi tantangan dan merumuskan peluang dalam dekade mendatang.

Indonesia sebagai negara dengan potensi panas bumi terbesar di dunia, memiliki potensi hingga 24 GW. Namun, pemanfaatan saat ini baru mencapai 2,4 GW. Ketua Umum Asosiasi Panasbumi Indonesia (API/INAGA) - Julfi Hadi, mengungkapkan energi panas bumi di Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk memenuhi kebutuhan energi nasional. Namun, tantangan utama yang kita hadapi meliputi biaya awal yang tinggi untuk eksplorasi dan pengembangan serta regulasi yang ada.

Baca Juga

Tantangan pengembangan energi panas bumi meliputi risiko eksplorasi yang tinggi, regulasi, teknologi, penolakan masyarakat setempat akibat miskonsepsi pengembangan panas bumi. Untuk mengatasi tantangan-tantangan tersebut, diperlukan upaya kolaboratif antara pemerintah, industri dan masyarakat.

Pendidikan dan sosialisasi yang lebih baik mengenai manfaat dan risiko pengembangan panas bumi dapat membantu mengurangi penolakan masyarakat. Pemerintah juga dapat mempercepat proses birokrasi dan menyediakan insentif untuk mendorong investasi dalam teknologi panas bumi.

Dengan pendekatan yang holistik dan terkoordinasi, pengembangan energi panas bumi dapat menjadi solusi berkelanjutan dalam memenuhi kebutuhan energi sekaligus mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil. "Di sisi lain, peluang pengembangan energi panas bumi mencakup beberapa aspek yang meliputi pertama, penyediaan energi baseload, tidak bergantung pada cuaca dan waktu yang memungkinkan panas bumi menggantikan PLTU karena memiliki karakteristik serupa," kata dia. 

Kedua, sebagai salah satu negara dengan potensi panas bumi terbesar di dunia, Indonesia memiliki potensi panas bumi mencapai 24 GW; ketiga masih banyaknya lapangan yang belum dikembangkan memberikan peluang investasi yang sangat terbuka dan keempat sebagai energi rendah karbon, pengembangan panas bumi sejalan dengan visi pemerintah dalam mendukung pencapaian target Net Zero Emissions (NZE) pada tahun 2060 atau lebih cepat.

IIGCE 2024 yang memasuki tahun kesepuluhnya akan menjadi platform penting untuk membahas tantangan dan peluang pengembangan energi panas bumi di dekade berikutnya. Acara ini akan mempertemukan para ahli, praktisi dan pemangku kepentingan dari seluruh dunia untuk berbagi wawasan dan pengalaman.

Pada IIGCE 2024 akan dilaksanakan beberapa penandatangan penting, termasuk penandatanganan LoA, kontrak EPC dan peluncuran Commercial Operation Date (CoD) yang akan menambah kapasitas terpasang sebesar 922,6 MW.

Kerjasama terkait pengembangan panas bumi menunjukkan komitmen yang kuat dalam memperluas investasi dan teknologi. Keseluruhan kolaborasi ini diperkirakan akan mendatangkan investasi sebesar USD 3,7 bio.

Julfi Hadi sebagai Ketua Umum API/INAGA, menyatakan energi panas bumi dengan karakteristik baseload-nya memiliki potensi besar untuk menjadi tulang punggung penyediaan energi bersih di Indonesia. "Namun, kita juga dihadapkan pada berbagai tantangan termasuk teknologi, regulasi dan pendanaan yang perlu kita atasi bersama," kata dia.

Ketua Panitia Pelaksana IIGCE 2024 - Boyke Bratakusuma menambahkan bahwa IIGCE 2024 merupakan platform yang sangat penting untuk mengidentifikasi solusi atas tantangan yang dihadapi industri panas bumi. "Kami berharap melalui acara ini, kita dapat mengembangkan berbagai inovasi dan kolaborasi yang dapat mempercepat pengembangan energi panas bumi di Indonesia," ungkap Boyke.

Dalam IIGCE 2024, berbagai inovasi teknologi seperti Enhanced Geothermal Systems (EGS) dan pemanfaatan panas bumi untuk aplikasi langsung seperti pemanasan dan pendinginan akan menjadi topik utama. Diskusi mengenai pendanaan, kebijakan, dan regulasi yang mendukung juga diharapkan dapat memberikan solusi konkret untuk mengatasi hambatan yang ada.

Pemerintah Indonesia telah menunjukkan komitmen kuat dalam mendukung pengembangan energi panas bumi melalui berbagai kebijakan dan insentif. Namun, kolaborasi antara sektor publik dan swasta serta dukungan dari masyarakat tetap menjadi kunci sukses dalam mengoptimalkan potensi energi panas bumi.

Dengan tantangan yang ada, optimisme tetap tinggi bahwa energi panas bumi akan memainkan peran penting dalam transisi energi Indonesia menuju masa depan yang lebih hijau. IIGCE 2024 diharapkan dapat menjadi momentum penting untuk mendorong percepatan pengembangan energi panas bumi dan memaksimalkan potensi yang ada demi masa depan yang lebih berkelanjutan.

“IIGCE 2024 akan menjadi titik temu strategis bagi para pemangku kepentingan untuk berbagi pandangan dan solusi dalam merumuskan tantangan pengembangan panas bumi di Indonesia. Sehingga, panas bumi nantinya dapat dimanfaatkan untuk mencapai target net-zero pada 2060 atau lebih cepat”, ujar Boyke. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement