REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Ekonom Senior The Indonesia Economic Intelligences, Sunarsip memprediksi Bank Indonesia (BI) bakal menurunkan suku bunga acuan (BI Rate) pada Oktober 2024. Hal itu menyusul semakin kuatnya ekspektasi bahwa Bank Sentral AS atau The Federal Reserve akan menurunkan suku bunga atau Fed Funds Rate (FFR) pada bulan ini.
“Bila suku bunga acuan AS (FFR) diturunkan, maka peluang bagi BI untuk menurunkan BI-Rate-nya pada bulan Oktober. Peluang bagi penurunan BI Rate pada Oktober tersebut terbuka cukup lebar, mengingat nilai tukar rupiah saat ini sudah relatif menguat dalam sebulan terakhir ini,” kata Sunarsip saat dihubungi Republika, Ahad (8/9/2024).
Sunarsip menjelaskan, sebenarnya BI memang sudah menantikan The Fed untuk menurunkan suku bunganya. Sebab, tingkat suku bunga di Indonesia sendiri sudah relatif tinggi. Terlebih, inflasi di Indonesia juga sudah rendah.
Namun, BI belum berani menurunkan BI Rate hingga saat ini dan memilih menunggu The Fed memangkas terlebih dahulu FFR-nya. Sunarsip menyebut BI mengambil ‘jalan aman’ dengan tidak terburu-buru menurunkan suku bunga acuannya. Menurut penuturannya, BI khawatir, bila suku bunga BI Rate diturunkan, nantinya akan berdampak pada pelemahan nilai tukar rupiah, sehingga BI lebih aman menunggu penurunan FFR.
Dengan beredarnya pemberitaan ihwal pejabat The Fed yang makin bersuara soal penurunan FFR dalam waktu dekat atau pada September 2024 ini, Sunarsip menilai itu momen yang pas bagi BI mengikutinya. Prediksinya penurunan BI Rate terjadi pada bulan setelahnya. Nantinya akan segera berdampak pada penurunan suku bunga perbankan, yang bisa bermanfaat positif bagi para pelaku bisnis lewat pembiayaan atau kredit.
“Tingkat suku bunga di Indonesia sudah relatif tinggi, sehingga memang perlu untuk diturunkan. Penurunan BI Rate biasanya akan diikuti oleh penurunan suku bunga dana. Dan selanjutnya, penurunan suku bunga dana perbankan tersebut akan diikuti oleh penurunan suku bunga kredit,” jelasnya.
Sunarsip menyebut, proses penurunan BI Rate yang lancar nantinya akan berefek secara luas bagi perekonomian nasional.
“Bila transmisi penurunan suku bunga tersebut berjalan lancar, maka peluang bagi Indonesia untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi sekaligus mendorong aktivitas ekonomi yang saat ini masih lesu seperti pada sektor Industri Manufaktur,” terangnya.