REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ratusan agen perjalanan Thailand begitu antusias saat melihat berbagai program menarik destinasi pariwisata Indonesia. Tak kurang dari 200 operator wisata Thailand hadir dalam table top atau pertemuan bisnis antara pelaku wisata (buyers) dengan pemilik atau lokasi wisata (sellers) di Bangkok, Thailand pada Agustus 2023.
Kegiatan yang diselenggarakan Indonesia Inbound Tour Operators Association mengungkap fakta menarik bahwa 160 operator wisata Thailand tertarik membawa turis dari Thailand ke Candi Borobudur di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah (Jateng). Hal ini disampaikan Sekretaris Jenderal (Sekjen) Indonesia Inbound Tour Operators Association Ricardo Setiawanto saat menghadiri penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara holding BUMN (InJourney) dengan Thai Airways di kantor InJourney, Jakarta, Senin (19/8/2024).
"Dari 200 operator wisata yang hadir, 80 persen menanyakan untuk membawa ke Borobudur. Kita capek nerangin (rute) pesawatnya, kalau naik (maskapai) ini mesti transit di Malaysia, kalau yang itu harus transit di Singapura," ujar Ricardo.
Ricardo mengatakan konektivitas menjadi krusial bagi para pelaku wisata menjual potensi destinasi pariwisata Indonesia. Ricardo menyampaikan 38 juta turis yang datang ke Thailand merupakan pasar potensial bagi pariwisata Indonesia.
Terlebih, keinginan besar dari warga Thailand yang mayoritas beragama Budha untuk berkunjung ke Candi Borobudur. Pria yang juga menjabat sebagai Direktur Business Development Panorama Destination menyampaikan Panorama telah membawa 70 grup wisata dari Thailand ke Indonesia pada Juli hingga Agustus 2024, dan 50 grup di antaranya datang ke Candi Borobudur.
Ricardo dan pelaku wisata kini bisa bernapas lega. InJourney dan Thai Airways sepakat untuk membuka penerbangan langsung dari Thailand ke New Yogyakarta International Airport (NYIA). Ricardo pun mengapresiasi keterlibatan Pelita Air dalam membantu konektivitas turis Thailand menuju Candi Borobudur.
"Kami akan terus sosialisasikan ke Thailand bahwa Candi Borobudur merupakan destinasi spiritual yang nyaman. Sukses untuk penerbangannya, yang penting konsisten, jangan nanti ketika kosong terus berhenti lagi," kata Ricardo.
Direktur Pemasaran dan Program Pariwisata InJourney Maya Watono berharap pengembangan interkonektivitas ini dapat meningkatkan pertumbuhan pergerakan wisatawan dan destinasi pariwisata potensial di Yogyakarta dan Jawa Tengah. InJourney telah mencanangkan Candi Borobudur menjadi destinasi spiritual pilgrim tourism.
"Kami memahami animo wisatawan dengan minat khusus seperti spiritual pilgrim di Candi Borobudur ini sangat tinggi," ujar Maya.
Maya memaparkan 490 juta umat Budha atau 92 persen dari total umat Budha dunia yang sebanyak 530 juta berada di Asia. Sementara, jumlah pemeluk agama Buddha di Asia Tenggara sebesar 120 juta dan jumlah pemeluk agama Budha di Thailand sebesar 64 juta jiwa atau 53 persen dari total jumlah pemeluk agama Budha di Asia Tenggara.
"Sehingga, dengan jumlah ini sangat potensial untuk membuka konektivitas udara bagi Thailand ke Candi Borobudur," ucap Maya.
Maya menyampaikan jumlah kunjungan Candi Borobudur pada peak season sebesar 1,4 juta orang. Namun baru 10 persen atau sekitar 140 ribu berasal dari wisatawan mancanegara (wisman).
"Dengan dibukanya konektivitas udara antara Thailand via Bandara Internasional Yogyakarta, kami menargetkan adanya kenaikan kunjungan dari wisman mancanegara sebesar lima kali lipat ke depannya," lanjut Maya.
Candi Borobudur berada di bawah anak usaha InJourney yakni PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko (TWC) atau InJourney Destination Management (IDM). Direktur Komersial IDM Hetty Herawati menyampaikan Candi Borobudur saat ini telah bertransformasi dengan mengusung empat pilar pengelolaan yakni konservasi, spiritual, edukasi, dan pariwisata.
"Dalam aspek spiritual, Candi Borobudur dimanfaatkan untuk komunitas Budha beribadah sekaligus masyarakat ataupun wisatawan yang ingin bermeditasi di Candi Borobudur," ujar Hetty.
Hetty menyampaikan Jawa Tengah dan Candi Borobudur merupakan destinasi pariwisata yang memiliki potensi pasar yang besar. Pemerintah mengupayakan berbagai fasilitas yang terintegrasi untuk menciptakan destinasi pariwisata yang mengesankan bagi para wisatawan yang ingin berkunjung ke destinasi pariwisata di kawasan ini.
"Upaya ini membutuhkan konektivitas udara yang baik untuk memperlancar arus penumpang dan barang, sehingga mendorong peningkatan kunjungan wisatawan di kawasan Candi Borobudur," kata Hetty.
Kolaborasi Maskapai dari Dua Negeri
Director of Sales Thai Airways Wit Kitchathorn mengatakan Yogyakarta dan Candi Borobudur menjadi salah satu destinasi wisata favorit bagi masyarakat Thailand dan memiliki koneksi spiritual yang kuat melalui Buddhisme. Thai Airways, ucap Wit, terus berkomitmen untuk menghubungkan wisatawan dan budaya tak hanya dari Thailand ke Indonesia, namun juga dari Eropa dan Asia ke Yogyakarta.
"Kami berharap dapat menjadi salah satu maskapai penerbangan yang memfasilitasi para wisatawan untuk berkunjung ke Indonesia, khususnya Yogyakarta dan Candi Borobudur. Kerja sama ini akan menjadi hal yang positif baik bagi Thai Airways dan juga pariwisata di Indonesia," kata Wit.
Direktur Niaga Pelita Air Asa Perkasa mengatakan Pelita Air siap menjembatani kebutuhan turis Thailand ke Candi Borobudur. Asa mengatakan kolaborasi ini menandai langkah awal Pelita Air dalam menggarap pasar wisman.
Asa menyampaikan Pelita Air dengan 11 pesawat jenis Airbus 320 selama ini memang masih berfokus pada rute domestik. Pangsa pasar Pelita Air pun berkutat pada aktivitas perjalanan bisnis dan pelajar atau mahasiswa untuk Yogyakarta.
"Semoga dengan adanya building connectivity Borobudur, pasar dari sektor pariwisata bisa terangkat dan Pelita Air hadir untuk mengoneksikannya," ucap Asa.
Tak sekadar menjadi penghubung, Pelita Air bisa saja membuka penerbangan langsung untuk rute Bangkok-Yogyakarta. Tahun ini, Asa mengatakan, Pelita Air akan membuka rute penerbangan internasional perdana ke Singapura.
"Bangkok adalah kota internasional kedua yang kita canangkan untuk kita terbangkan tahun depan," sambung Asa.
Direktur Utama PT Angkasa Pura Indonesia (API) atau InJourney Airports Faik Fahmi berharap terobosan ini dapat mendongkrak jumlah wisman Thailand ke Yogyakarta. Per April 2024, Faik sampaikan, konektivitas dari Thailand di YIA hanya sekitar lima persen atau lebih rendah daripada Singapura sebesar 39 persen maupun Malaysia dengan 35 persen.
"Penerbangan dari Thailand ke Yogyakarta melalui YIA ini diharapkan mampu meningkatkan angka kunjungan wisatawan ke Yogyakarta dan sekitarnya," ujar Faik.
Faik kilas balik kehadiran YIA untuk mengatasi permasalahan lack of capacity Bandara Adi Sutjipto yang hanya bisa menampung 1,6 juta pernumpang per tahun. Dengan adanya YIA, penumpang yang dilayani bisa mencapai 20 juta penumpang per tahun.
Faik menyampaikan YIA pun memiliki banyak keunggulan yang mendukung sektor pariwisata. Salah satunya landasan pacu sepanjang 3.500 meter yang dapat mengakomodasi penerbangan langsung jarak jauh dengan pesawat berbadan lebar.
"YIA juga dilengkapi fasilitas terminal yang sangat luas yakni sekitar 219 meter persegi serta area UMKM seluas 3.000 meter persegi. Area UMKM terbesar yang ada di bandara Indonesia itu ada di YIA," ucap Faik.
"Ke depannya kami juga akan berkolaborasi dengan bandara di Thailand untuk membuat sister airport sehingga peningkatan wisatawan di dua negara ini dapat terjalin dengan baik," kata Faik.
Anak perusahaan InJourney lain yang bergerak di bidang jasa pendukung aviasi, kargo, dan logistik yakni InJourney Aviation Services (IAS) pun berperan dalam memberikan pelayanan konektivitas udara yang dilakukan Thai Airways.
Direktur Utama IAS Dendi Danianto mengatakan IAS siap mendukung proses pergerakan penumpang secara seamless melalui layanan passenger handling Joumpa yang ada di 40 bandara di Indonesia.
"Hal ini akan memastikan pengalaman perjalanan yang efisien dan nyaman bagi setiap wisatawan, dari kedatangan hingga keberangkatan," kata Dendi.