REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Utama PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) Samsul Hidayat mengungkapkan bahwa rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) saham Indonesia mengalami lonjakan sebesar 2.000 persen. Lonjakan tersebut merupakan raihan selama dua dekade terakhir.
“Hingga Agustus 2024, rata-rata nilai transaksi harian saat ini sudah mencapai angka Rp 11,8 triliun per hari, meningkat sebesar lebih dari 2.000 persen sejak dua dekade terakhir,” kata Samsul dalam acara perayaan HUT ke-47 Pasar Modal Indonesia yang digelar di Gedung BEI, Jakarta, Senin (12/8/2024).
Perinciannya, pada 2000 tercatat nilai transaksi harian saham sebesar Rp 514 miliar. Lantas mengalami peningkatan menjadi Rp 1,67 triliun pada 2005, berlanjut pada 2010 sebesar Rp 4,80 triliun. Kemudian pada 2015 tercatat sebesar Rp 5,76 triliun.
“Jika kita lihat angkanya dari tahun 2000, pertumbuhan transaksi harian yang kita rasakan sekarang ini merupakan sesuatu yang sangat signifikan sekali,” terangnya.
Kendati demikian, Samsul mengatakan, ada sejumlah tantangan yang perlu dihadapi mengenai perkembangan transaksi saham ke depan. Hal itu melihat adanya kondisi volatilitas ekonomi global seperti ketidakpastian perekonomian internasional, fluktuasi mata uang dan harga komoditas.
Selain itu, perubahan kebijakan monitor dan fiskal juga merupakan tantangan yang mesti dihadapi. Kebijakan suku bunga internasional dan stimulus ekonomi akan memengaruhi daya tarik investasi di pasar modal Indonesia. Kondisi itu akan memengaruhi sentimen investor dan arus modal.