Senin 29 Jul 2024 07:07 WIB

Saham Bank Mandiri dan Bukit Asam Bisa Jadi Pertimbangan di Pekan Ini

Ada kenaikan harga batu bara global yang dipicu peningkatan target konsumsi.

 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 0,09 dalam sepekan di level 7.288,167 pada penutupan perdagangan pada Jumat (26/7/2024) pekan lalu. (ilustrasi)
Foto: Foto : MgRol112
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 0,09 dalam sepekan di level 7.288,167 pada penutupan perdagangan pada Jumat (26/7/2024) pekan lalu. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 0,09 dalam sepekan di level 7.288,167 pada penutupan perdagangan pada Jumat (26/7/2024) pekan lalu. Community Lead Indo Premier Sekuritas (IPOT) Angga Septianus mengatakan, dalam analisisnya pergerakan IHSG pada pekan lalu terdampak 3 sentimen, yakni rilis kinerja emiten big banks, PMI Manufaktur AS dan PCE AS.

Terkait sentimen rilis kinerja emiten big banks, laba bersih emiten BBRI pada triwulan II tahun 2024 hanya tumbuh 1 persen yoy dan secara kuartalan turun 13 persen. Penurunan disebabkan naiknya biaya pencadangan dari periode sebelumnya sebesar Rp 14 triliun ke Rp 21 triliun atau 52,28 persen yoy. Selanjutnya, laba bersih BBCA pada triwulan II tahun 2024 tumbuh sebesar 11 persen yoy dań secara kuartalan meningkat 8,7 persen. 

Baca Juga

"Pertumbuhan ini ditopang ekspansi pembiayaan secara berkualitas serta peningkatan volume transaksi dan pendanaan. Sentimen rilis kinerja emiten big banks ini masih akan berlanjut pada pekan ini,” kata dia, Senin (29/7/2024).

Perihal sentimen PMI Manufaktur AS, jelas Angga, PMI Manufaktur AS turun di bawah 50 dan masuk ke zona kontraksi karena penurunan produksi dan pesanan barang baru sempat menjadi kekhawatiran market AS. Terakhir, ada sentimen PCE AS, dimana the personal consumption expenditures price index meningkat 0,1 persen pada bulan Juni dan naik 2,5 persen dari tahun lalu.

"Harga barang mengalami penurunan, termasuk barang-barang terkait kebutuhan rumah juga tumbuh lebih lambat, sementara penghasilan pribadi mengalami pertumbuhan di bawah ekspektasi pasar," ungkapnya.

Berbicara tentang potensi market pada 29 Juli-2 Agustus 2024, Angga mengimbau para trader untuk memerhatikan dua sentimen, yakni inflasi & PMI Indonesia dan suku bunga Bank Sentral AS.

Pertama, sentimen inflasi & PMI Indonesia, dimana berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia (BI), responden memperkirakan rata-rata inflasi nasional pada 2024 akan mencapai 3,17 persen.

"Pada bulan Juli diperkirakan inflasi tidak bergerak jauh dari bulan sebelumnya seiring stabilnya nilai tukar rupiah," tuturnya.

Kedua, sentimen suku bunga Bank Sentral AS, dimana prospek penurunan suku bunga semakin dekat di bulan September karena data makro ekonomi yang semakin mendukung seperti PCE AS dan PDB AS yang juga tetap stabil di tengah era suku bunga tinggi. Statement dari Gubernur The Fed, Jerome Powell juga akan dicermati pelaku pasar.

Berkaca pada data ekonomi dan sentimen di atas, PT Indo Premier Sekuritas yang baru saja meluncurkan "Power Fund Series" sebagai inovasi produk baru di platform IPOT Fund untuk menyetarakan akses pasar modal bagi investor kecil dan investor besar, merekomendasikan 3 saham dan 1 Power Fund Series untuk trading dan transaksi buy pada minggu ini hingga Jumat, 2 Agustus 2024.

1. Buy Medco Energi Internasional (MEDC) (Support 1.275, Resist 1.400) potensi diturunkannya suku bunga seiring rilis data PCE AS yang semakin mendekati target the Fed 2 persen, dan suku bunga yang mungkin bisa turun di September dan berpotensi turun sampai 3x di tahun ini akan memicu permintaan komoditas terutama energi minyak secara global. Selain itu jika Trump memenangkan pemilu setelah kemunduran Biden juga dapat memicu pemulihan ekonomi AS secara cepat.

2. Buy on Pullback Bank Mandiri (BMRI)(Support 6.250 Resist 6.550). Pasar menunggu rilis kinerja BMRI setelah rilis kinerja BBCA dan juga BBRI sebelumnya.

3. Buy PT Bukit Asam (PTBA) (Support 2.600, Resist 2.800) - Emiten ini layak ditradingkan. Ada kenaikan harga batu bara global yang dipicu oleh peningkatan target konsumsi batu bara untuk listrik karena kenaikan harga gas untuk konsumsi AS.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement