REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Pemandangan di daerah Gunungkidul tak lepas dari aktivitas penambang karst. Beberapa orang mengais rejeki di area batuan kapur.
Situasi demikian sering menjadi bahan perbincangan. Saat ini, dua kalurahan di Kecamatan Ponjong, Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, menjadi tempat percontohan program Desa Berdaya Energi. Itu merupakan inovasi PLN Energi Primer Indonesia (EPI) untuk penghijauan. Tepatnya di Kalurahan Gombang dan Karang Asem.
Pengembangan Desa Berdaya Energi berbasis keterlibatan masyarakat dalam rangka menurunkan emisi karbon. Terutama di sisi hulu rantai pasok biomassa menuju pencapaian target Net Zero Emission (NZE) tahun 2060. Ada pembudidayaan tanaman penghasil biomassa, salah satunya berjenis indigofera.
Ini merupakan proyek kolaborasi PLN EPI dengan Kesultanan Yogyakarta dan Pemprov DIY. Sudah ada nota kesepahaman (MoU) semua pihak terkait. Pada praktiknya, masyarakat didorong melakukan aktivitas menanam indigofera, gamal, gmelina, kaliandra merah.
"Sultan sangat merespon baik. Ini salah satu upaya mengalihkan (perhatian) warga yang semula menambang karst. Kalau ini berhasil, warga bisa beralih ke pengamanan lingkungan," kata Lurah Kalurahan Karang Asem, Parimin, beberapa waktu lalu.
Ia sudah mendapat gambaran lengkap tentang program Desa Berdaya Energi. Dampak dari program tersebut bisa mengarah ke berbagai bidang. Bukan hanya tentang menghijaukan lingkungan.
Pada saat yang sama, berpotensi membangkitkan ekonomi masyarakat. Parimin mencontohkan apa yang terjadi di wilayahnya. Beberapa orang menanam indigofera. Ranting dari tanaman tersebut merupakan bahan baku biomassa.
Namun kegunaan indigofera tidak terbatas itu. Daunnya dipakai untuk pakan ternak. Ada juga yang digunakan untuk pewarna tenunan.
"Sepengetahuan kami seperti yang disampaikan oleh Pak Lurah Gombang tadi, hanya sebatas untuk penanaman energi biomassa aja. Tapi ternyata itu manfaatnya luar biasa termasuk multi toh, jadi bermacam-macam fungsi tanaman itu," ujar Parimin.
Lurah Kelurahan Gombang, Supriyanto menyuarakan hal serupa. Ia menceritakan di tanah milik kesultanan Yogyakarta dan Pemprov DIY yang ada di wilayahnya, dihibahkan untuk menyukseskan program Desa Berdaya Energi ini. Sudah beberapa hektar tanaman indigofera ditanam.
Pantauan Republika.co.id, terlihat tanaman tersebut tumbuh di lahan sebesar lapangan bola di Sultan Ground. Para warga bertugas menanamnya. Hasilnya juga bakal kembali ke mereka.
"Dari Sultan kan yang penting tanah itu digunakan untuk kepentingan masyarakat diperbolehkan. Kemarin juga sudah kita bagi bibit indigofera itu masing masing 12 batang. Jadi dari pertama kita mendapatkan 25 ribu pohon itu kita bagi ke masyarakat yang 10 ribu yang 15 ribu kita tanam di Sultan Ground di sini, kemudian di wilayah barat sana juga ada Sultan Ground," ujar Supriyanto.
Budidaya tanaman biomassa
Sekretaris Perusahaan PLN EPI, Mamit Setiawan menjelaskan, sebanyak 100 ribu tanaman penghasil biomassa dibudidayakan di daerah percontohan. Ada tanaman berjenis gamal, gmelina, kaliandra merah, serta indigofera. Sebagian besar didominasi indigofera.
Pada November 2024, akan ada tambahan 50 ribu bibit tanaman tersebut. Setiap 50 ribu tanaman, menghasilkan 300 ton biomassa. Ini merupakan sumber energi terbarukan yang dapat menggantikan bahan bakar fosil seperti batubara.
Penggunaan biomassa juga bisa mengurangi emisi gas rumah kaca seperti karbon dioksida (CO2). Kemudian dapat digunakan sebagai pupuk organik untuk meningkatkan kualitas tanah. PLN EPI menyadari berbagai sisi positif tersebut.
Muaranya untuk membantu target transisi energi. Dalam prosesnya menyentuh banyak lini. Sehingga perlu dilakukan dengan matang. "Mudah-mudahan tahun depan kita bisa panen untuk produk biomassa ini. Seiring berjalannya, paralel, pemanfaatan daunnya juga untuk pakan ternak. Saya kira ini sangat membantu masyarakat," ujar Mamit.
Ia menerangkan, ranting dari indigofera dan kawanannya yang akan digunakan untuk menghasilkan biomassa. Saat masa panen, warga mengumpulkan ranting-ranting tersebut dan dijual ke Bumdes. PLN EPI membeli dari Bumdes, dikirimkan ke PLTU Pacitan. Mengenai besaran harga, baik dari Bumdes ke warga maupun dari PLN ke Bumdes, sampai saat ini belum diatur.
Program Desa Berdaya Energi masih terfokus di Kelurahan Gombang dan Karang Asem. Jika hasilnya sesuai yang dipetakan di semua aspek, maka berpotensi diterapkan di seluruh daerah di tanah air.