REPUBLIKA.CO.ID, BATANG -- Direkrur Utama PT Danareksa (Persero) Yadi Jaya Ruchandi mengatakan, operasional kawasan industri terpadu Batang (KITB) merupakan komitmen dalam menjalankan amanat proyek strategis nasional (PSN). Yadi berharap kehadiran KITB dapat menjaring penanaman modal asing (PMA) dan menyerap tenaga kerja yang masif.
"Sehingga dapat memberikan kontribusi bagi pendapatan negara melalui pajak dan pendapatan daerah melalui retribusi," ujar Yadi usai peresmian kawasan industri terpadu Batang di Kabupaten Batang, Jawa Tengah, Jumat (26/7/2024).
Yadi mengatakan KITB memiliki infrastruktur dasar dan utilitas yang lengkap, serta didukung dengan konektivitas, mulai dari jalan tol, pelabuhan, dan jalur kereta api dengan mengusung konsep green, sustainable, dan circular economy. KITB, lanjut Yadi, menghadirkan solusi terintegrasi di atas lahan seluas 4.300 hektare yang mengakomodasi kebutuhan industri global yang mengadopsi teknologi tinggi, termasuk juga industri padat karya.
"Dari aspek sosial, KITB saat ini telah menyerap 19 ribu tenaga kerja dan diharapkan dapat menyerap lebih dari 250 ribu tenaga kerja di masa mendatang," ucap mantan Direktur PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA) tersebut.
Yadi optimistis pengembangan KITB akan semakin menarik minta investasi asing di Indonesia. Yadi mengatakan KITB saat ini mulai membangun fase dua seluas 450 hektare.
"Saat ini nilai investasi yang masuk ke KITB sudah mencapai Rp 14,8 triliun dari utilisasi lahan seluas 271 hektare. Adapun investasi yang masuk berasal dari sejumlah negara di Asia, Amerika, dan Eropa," kata Yadi.

Direktur Utama KITB Ngurah Wirawan mengatakan saat ini terjadi tren pergeseran rantai pasokan dari Cina ke Asia Tenggara yang disebabkan oleh berbagai dinamika, seperti kondisi geopolitik, ekonomi, dan komersial. Di saat yang bersamaan, ucap Ngurah, pemerintah mendorong peningkatan investasi pada infrastruktur untuk meningkatkan daya saing dan menarik PMA, di mana pembangunan manufaktur bergeser ke Jawa Tengah dan Jawa Timur untuk memanfaatkan biaya yang lebih rendah.
"Hal ini didorong oleh pembangunan konektivitas mulai dari jalan tol, pelabuhan, dan jalur kereta api," ujar Ngurah.
Ngurah menyampaikan KITB menyediakan utilitas dasar yang lengkap dengan berorientasi pada keberlanjutan, antara lain industri berbasis teknologi (SEG Solar), penggunaan energi terbarukan, pengelolaan Water Treatment Plant (WTP), Waste-Water Treatment Plan (WWTP), Sewage Treatment Plant (SWTP) dan infrastruktur terpadu yang ramah lingkungan. Selain itu, ada juga fasilitas hunian bersertifikasi Greenship Neighborhood, serta bisnis model yang berkelanjutan dan berdaya saing dengan pemberdayaan tenaga kerja lokal.
"Kami optimistis KITB dapat turut berkontribusi dalam menggerakkan ekonomi Indonesia dan turut mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar," kata Ngurah.
Berikut daftar perusahaan di KITB... (baca di halaman selanjutnya)...
Rekomendasi
-
Neta Indonesia Beri Penjelasan Soal Terhapusnya Logo di Kantor Pusat Neta Auto di Shanghai
-
-
Sabtu , 31 May 2025, 21:03 WIB
Ekonom Soroti Sulitnya Anak Muda Punya Rumah
-
Sabtu , 31 May 2025, 20:44 WIB
Taman Jargas Jadi Magnet Masyarakat Bintaro Berlangganan dan Kenal Gas Bumi
-
Sabtu , 31 May 2025, 16:15 WIB
Gempuran Baja Impor Ancam Industri Nasional, Ini Tuntutan Pelaku Usaha
-
Sabtu , 31 May 2025, 16:00 WIB
LPS Jamin Indonesia tak akan Alami Krisis Moneter Lagi, Ini Alasannya
-