REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar mata uang rupiah diperkirakan menguat pada perdagangan Senin (8/7/2024) di level Rp 16.200 per dolar AS. Prediksi itu seiring dengan melemahnya mata uang dolar AS dan sentimen positif dari meningkatnya cadangan devisa Indonesia per akhir Juni 2024.
"Perdagangan Senin (diproyeksikan) mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup menguat di rentang Rp 16.220 hingga Rp 16.320 per dolar AS," kata Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi dalam keterangannya, dikutip Senin.
Mata uang Garuda sebelumnya diketahui ditutup menguat 52 poin atau 0,32 persen menjadi Rp 16.277 pada penutupan perdagangan Jumat (5/7/2024) dari penutupan sebelumnya di level Rp 16.330 per dolar AS.
Ibrahim menjelaskan, sentimen eksternal penguatan rupiah yakni lantaran indeks dolar dan indeks dolar berjangka merosot ke posisi terendah tiga minggu dalam perdagangan yang sepi karena libur. Sementara meningkatnya ekspektasi penurunan suku bunga juga melemahkan greenback. Pasar saat ini tertuju pada data utama nonfarm payrolls untuk mendapatkan petunjuk lebih lanjut mengenai suku bunga.
"Alat CME Fedwatch menunjukkan para pedagang memperkirakan kemungkinan lebih dari 66 persen Federal Reserve akan menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada bulan September. Namun optimisme terhadap penurunan suku bunga agak teredam oleh sinyal hawkish dari The Fed," jelas Ibrahim.
Risalah pertemuan bank tersebut pada Juni menunjukkan bahwa para pengambil kebijakan masih skeptis terhadap penurunan suku bunga. Data nonfarm payrolls juga akan memberikan isyarat yang lebih pasti mengenai pasar tenaga kerja, yang juga menjadi perdebatan utama bagi The Fed dalam menurunkan suku bunga.
Adapun sentimen internal penguatan rupiah diantaranya yakni lantaran Bank Indonesia (BI) mencatat posisi cadangan devisa Indonesia meningkat. Pada akhir Juni 2024, cadangan devisa tercatat sebesar 140,2 miliar dolar AS, meningkat dibandingkan dengan posisi pada akhir Mei 2024 sebesar 139,0 miliar dolar AS.
"Kenaikan posisi cadangan devisa tersebut dipengaruhi oleh penerimaan pajak dan jasa serta penarikan pinjaman luar negeri pemerintah, di tengah kebutuhan stabilisas nilai tukar rupiah sejalan dengan masih tingginya ketidakpastian pasar keuangan global," ujar Ibrahim.
Posisi cadangan devisa pada akhir Juni 2024 setara dengan pembiayaan 6,3 bulan impor atau 6,1 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Serta berada di atas standar kecukupaninternasional sekitar 3 bulan impor.
BI menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, serta terus memperkuat sinergi dengan pemerintah dalam memperkuat ketahanan eksternal sehingga dapat menjaga stabilitas perekonomian dalam rangka mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Ke depan, BI memandang cadangan devisa tetap memadai sehingga dapat terus mendukung ketahanan sektor eksternal. Untuk prospek ekspor yang tetap positifserta neraca transaksi modal dan finansial yang diprakirakan tetap mencatatkan surplus sejalan persepsi positif investor terhadap prospek perekonomian nasionaldan imbal hasil investasi yang menarik, mendukung tetap terjaganya ketahanan eksternal.