Selasa 25 Jun 2024 17:49 WIB

Rupiah Lesu, Ini Proyeksi Pengusaha Terkait Arus Investasi ke IKN

Shinta menilai pengusaha akan melihat prospek jangka panjang terhadap IKN.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Ahmad Fikri Noor
Ketua Umum Dewan Pimpinan Nasional Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Widjaja Kamdani.
Foto: ANTARA FOTO/Zabur Karuru/foc/aa.
Ketua Umum Dewan Pimpinan Nasional Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Widjaja Kamdani.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Kamdani mengatakan, pelemahan rupiah saat ini bukan menjadi satu-satunya faktor yang dapat menghambat pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN). Shinta menilai pengusaha akan melihat prospek jangka panjang terhadap IKN.

"IKN itu jangka panjang. Kita tidak bisa melihat hanya karena hari ini rupiah sedang melemah," ujar Shinta dalam kajian bertajuk "Presiden Baru, Persoalan Lama" di Jakarta, Selasa (25/6/2024).

Baca Juga

Shinta mengatakan para pengusaha tentu akan berhitung secara cermat sebelum memutuskan untuk berinvestasi di IKN. Shinta menilai para pengusaha masih ingin melihat secara komprehensif mengenai potensi ekonomi yang ada di IKN.

"IKN ini proyek jangka panjang dan tentu memerlukan komitmen jangka panjang dari pengusaha yang mau masuk ke IKN," sambung Shinta.

Untuk itu, Shinta menilai perlambatan maupun gejolak ekonomi yang terjadi saat ini tidak akan memengaruhi pengusaha yang hendak berinvestasi di IKN. Namun, lanjut Shinta, pemerintah harus mampu meyakinkan pengusaha akan potensi IKN ke depan.

"Yang sekarang jadi perhatian adalah infrastruktur dasar dulu harus disiapkan. nanti itu penawaran dan permintaan," ucap Shinta.

Apindo, lanjut Shinta, berkomitmen mendorong pada pelaku usaha lokal untuk berinvestasi di IKN. Shinta berharap pemerintah juga mampu menciptakan aspek permintaan pasar yang akan menarik minat para investor lokal.

"Permintaannya dari mana, kalau tidak ada yang tinggal di sana ya tidak mungkin (ada permintaan). Tidak mungkin juga hanya mengandalkan ASN yang 6-10 ribu orang. Harus ada jalan keluarnya," kata Shinta.

Muham

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement