REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Indonesia terus mendapatkan pengakuan global terkait kinerja positif. Sebelumnya, empat BUMN masuk list Forbes. Teranyar, sederet perusahaan plat merah menjadi bagian dari Fortune 500 Southeast Asia tahun 2024.
Dalam keterangan di situs fortune.com, berikut perinciaannya. PT Pertamina (Persero) menempati urutan ketiga, PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau yang biasa disingkat PLN di urutan keenam, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) di peringkat ke-15, lalu PT Bank Mandiri (Persero) di urutan ke-22. Kemudian Telkom Indonesia (28), PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) di urutan ke-62, PT Pupuk Indonesia (Persero) di urutan ke-71, Garuda Indonesia (125).
Berikutnya PT Semen Indonesia (Persero) di tangga ke-143, PT Pelabuhan Indonesia (Persero) (Pelindo) (157), PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) (166), Hutama Karya (183), PT Aviasi Pariwisata Indonesia (Persero) atau InJourney (198), PT Wijaya Karya Tbk (Persero) (Wika) (203), PT Jasa Marga Persero Tbk (213). PT ADHI KARYA (Persero) Tbk (225), lalu Vale Indonesia (INCO) yang 14 persen sahamnya dikuasai holding BUMN Pertambangan MIND ID di urutan ke-234. PT Waskita Karya (Persero) Tbk (357).
Sejumlah perusahaan swasta dari Indonesia juga masuk Fortune 500 Southeast Asia 2024. Tiga di antaranya, PT Bank Central Asia Tbk (BCA), PT Adaro Energu Indonesia Tbk, Sinarmas Land. Fortune menentukan peringkat berdasarkan pendapatan fiskal tahun 2023. Posisi Asia Tenggara semakin vital bagi global, karena pergeseran rantai pasokan dan perkembangan ekonomi di kawasan tersebut.
Posisi pertama ditempati Trafigura Group. Trafigura merupakan perusahaan perdagangan komoditas yang berbasis di Singapura. Lalu di peringkat kedua ada PTT asal Thailand, kemudian Pertamina.
Vice President Corporate Communication Pertamina, Fadjar Djoko Santoso mengatakan, di tengah tantangan bisnis dunia, Pertamina mampu bersaing dengan perusahaan global dari berbagai sektor. Pencapaian ini menunjukkan kinerja BUMN tersebut terus bertumbuh seiring dengan kepiawaian strategi bisnisnya.
"Pertamina telah mencatat kinerja positif di berbagai lini bisnis sejalan dengan strategi dan program inovasi yang dijalankan, terlebih dalam menghadapi tantangan bisnis yang penuh dinamika saat ini," Kata Fadjar, dalam keterangan resminya, Selasa (18/6/2024).
Pada Selasa, Fortune menerangkan, Asia Tenggara memiliki peran yang besar dalam perekonomian dunia pascapandemi Covid-19. Perusahaan asal Asia Tenggara sangat terpapar oleh dinamika global seperti konflik geopolitik dan ketidakpastian pasar. Sehingga banyak yang mengalami penurunan pendapatan. Sementara, lima perusahaan terbesar Asia Tenggara, termasuk Pertamina, menghasilkan pendapatan tertinggi dibandingkan perusahaan sejenis di kawasan.
Fadjar mengakui, kinerja Pertamina tahun 2023 tetap tumbuh. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan laba bersih hingga 17 persen pada akhir tahun 2023, dengan laba total sebesar 4,77 miliar dolar AS atau setara Rp 72,7 triliun (asumsi kurs Rp 15.255 per dolar AS). EBITDA atau pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi sebesar 14,36 miliar dolar AS. Angka ini naik enam persen dibanding EBITDA di tahun 2022. Pendapatan konsolidasian tahun 2023 sebesar 75,79 miliar dolar AS.
Pertumbuhan kinerja ini juga ditandai dengan peringkat investasi dari berbagai lembaga pemeringkat internasional yang menetapkan Pertamina sebagai perusahaan dengan status layak investasi. Pertamina dinilai berhasil menjaga pertumbuhan bisnis intinya dengan hati-hati serta melakukan transisi energi yang lebih bersih. Fadjar menambahkan, kinerja operasional Pertamina juga semakin efisien di semua lini baik holding maupun sub holding melalui program cost optimization dengan kontribusi sekitar 1,1 miliar dolar AS. Secara operasional, kinerja di semua subholding juga meningkat.
Selain efisien, sambung Fadjar, operasional Pertamina juga semakin ramah lingkungan. Ini sejalan dengan implementasi Environmental, Social, and Governance (ESG) di seluruh lini bisnis. Pertamina menempati peringkat satu dunia dalam sub-industri Integrated Oil and Gas. Pertamina memimpin skor tertinggi dari 61 perusahaan dunia, berdasarkan peringkat dari Lembaga ESG Rating Sustainalytics.
"Dengan dukungan seluruh stakeholder, Pertamina akan terus tumbuh menjadi perusahaan nasional yang terdepan dalam menjaga ketahanan dan kemandirian energi di Indonesia," ujar Fadjar.
Pertamina berkomitmen mendukung target Net Zero Emission pada 2060 dengan terus mendorong program-program yang berdampak langsung pada capaian Sustainable Development Goals (SDGs). Seluruh upaya tersebut sejalan dengan penerapan ESG di seluruh lini bisnis dan operasi perusahaan.