Senin 03 Jun 2024 19:53 WIB

Bank Indonesia dan Pemerintahan Prabowo-Gibran Siap Bersinergi Tingkatkan Ekonomi

BI akan menyalurkan likuiditas yang memadai untuk penyaluran kredit

Rep: Eva Rianti/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Deputi Gubernur Bank Indonesia Juda Agung. Bank Indonesia (BI) memastikan akan bersinergi dengan Pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka dalam upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Foto: Republika/Prayogi
Deputi Gubernur Bank Indonesia Juda Agung. Bank Indonesia (BI) memastikan akan bersinergi dengan Pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka dalam upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Bank Indonesia (BI) memastikan akan bersinergi dengan Pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka dalam upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Diantaranya dengan mendorong peningkatan penyaluran kredit kepada masyarakat.  

“BI dengan pemerintahan baru tentu akan terus sinergi dalam menjaga stabilitas maupun mendorong pertumbuhan ekonomi. Dalam konteks ini melalui pertumbuhan kredit,” ujar Deputi Gubernur Bank Indonesia Juda Agung di Kantor Pusat Bank Indonesia, Senin (3/6/2024).

Juda menuturkan, BI akan menyalurkan likuiditas yang memadai untuk dapat meningkatkan penyaluran kredit. Diharapkan dengan stimulus tersebut, kebutuhan masyarakat terhadap kredit bisa terus meningkat seiring dengan terjadinya pertumbuhan ekonomi.

“Jadi, ke depan tentu saja kalau ekonomi terus berkembang, demand (permintaan) kredit meningkat, diharapkan kredit meningkat,” ujarnya.

Bank Indonesia diketahui mencatatkan pertumbuhan kredit perbankan sebesar 13,09 persen secara year on year (yoy) pada April 2024. Angka itu lebih tinggi daripada capaian Maret 2024 sebesar 12,04 persen yoy.

Pertumbuhan kredit tersebut didorong sektor industri, jasa dunia usaha, dan perdagangan, sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi. “Pertumbuhan kredit perbankan terus meningkat,” kata Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam konferensi pers Hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia Bulan Mei 2024, beberapa waktu lalu.

Perry menjelaskan, tingginya permintaan kredit dipengaruhi oleh sisi penawaran, sejalan dengan terjaganya selera perbankan yang didukung oleh tingginya permodalan, berlanjutnya strategi realokasi aset ke kredit oleh perbankan. Juga diterapkannya Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM) yang menjaga kecukupan likuiditas perbankan. 

Pertumbuhan kredit tersebut juga ditopang oleh pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) yang terus meningkat, yaitu mencapai 8,21 persen (yoy) pada April 2024. Dari sisi permintaan, pertumbuhan kredit didukung oleh kinerja korporasi dan rumah tangga yang tetap terjaga baik. 

Berdasarkan kelompok penggunaan, pertumbuhan kredit ditopang oleh kredit investasi, kredit modal kerja, dan konsumsi kredit yang masing-masing tumbuh sebesar 15,69 persen (yoy), 13,25 persen (yoy), dan 10,34 persen (yoy). 

Adapun, pembiayaan syariah juga tumbuh tinggi sebesar 14,88 persen (yoy), sedangkan kredit UMKM tumbuh sebesar 7,30 persen (yoy). Dengan perkembangan tersebut, pertumbuhan kredit 2024 akan terus meningkat menuju batas atas kisaran prakiraan 10—12 persen. 

Perry menyampaikan, Bank Indonesia akan terus memperkuat efektivitas implementasi kebijakan akomodatif makroprudensial dan mempererat sinergi dengan Pemerintah, Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), perbankan, serta pelaku usaha untuk mendukung peningkatan kredit/pembiayaan bagi keberlanjutan pertumbuhan ekonomi.

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement