Senin 13 May 2024 15:12 WIB

Analis : Cermati Data Neraca Dagang RI dan Inflasi AS di Pekan Ini

Data tersebut akan dirilis pertengahan pekan ini.

Karyawan beraktivitas di dekat layar elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Jumat (19/4/2024).
Foto: Republika/Prayogi
Karyawan beraktivitas di dekat layar elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Jumat (19/4/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Community Lead Indo Premier Sekuritas (IPOT) Angga Septianus mengimbau para pelaku pasar untuk memperhatikan data neraca perdagangan Indonesia dan inflasi Amerika Serikat (AS) yang keduanya akan rilis pada Rabu (15/5/2024) pekan ini.

Terkait sentimen neraca perdagangan Indonesia, Angga menyebut Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo meyakini bahwa cadangan devisa Indonesia akan kembali naik ditopang oleh aliran dana asing yang masuk ke pasar keuangan ditambah surplus neraca perdagangan yang tinggi. "Terkait inflasi AS, inflasi tetap akan turun ke target The Fed sebesar 2 persen, seiring meredanya kenaikan biaya perumahan dan sewa," ujar Angga di Jakarta, Senin (13/5/2024).

Baca Juga

Dalam kesempatan ini, ia menjelaskan terdapat tiga sentimen yang mempengaruhi pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) selama pekan lalu yang hanya berlangsung tiga hari. Sentimen tersebut yaitu data Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia, Dividen Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sektor pertambangan, serta nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS yang berada di bawah Rp 16.000.

Ia menjelaskan, PDB Indonesia tumbuh sebesar 5,11 persen year on year (yoy) pada kuartal I 2024, sedangkan secara kuartalan menurun 0,83 persen quartal on quartal (qoq).

Adapun, tiga sektor dengan pertumbuhan paling besar secara tahunan merupakan administrasi pemerintahan yang tumbuh 18,88 persen (yoy), jasa kesehatan tumbuh 11,64 persen (yoy), serta jasa perusahaan tumbuh 9,63 persen (yoy).

"Beberapa faktor yang mendorong pertumbuhan PDB Indonesia secara tahunan adalah peningkatan konsumsi LNPRT sebesar 24,29 persen (yoy), konsumsi pemerintah sebesar 19,90 persen (yoy), dan konsumsi rumah tangga sebesar 4,91 persen (yoy)," ujar Angga.

Terkait dividen BUMN sektor pertambangan, PT Antam Tbk (ANTM) dan PT Bukit Asam Tbk (PTBA) membagikan dividen dengan yield yang besar, dimana masing-masing secara berurutan sebesar 100 persen dan 75 persen dari laba bersih tahun buku 2023.

Sementara itu, terkait sentimen nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS yang di bawah Rp 16.000, Angga menjelaskan terjadi berkat kenaikan suku bunga acuan dan cadangan devisa yang digelontorkan oleh Bank Indonesia (BI). "Sehingga menyebabkan cadangan devisa Indonesia menurun menjadi 136,2 miliar dolar AS dari sebelumnya 140,40 miliar dolar AS," ujar Angga.

 

sumber : ANTARA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement