Kamis 02 May 2024 16:40 WIB

Jokowi: Menjaga Keseimbangan Harga Jagung tak Mudah

Harga jagung tetap dipengaruhi faktor pasokan dan permintaan.

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Fuji Pratiwi
Presiden Joko Widodo didampingi Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman, meninjau area panen jagung seluas 50 ha di Kelurahan Brang Biji, Kecamatan Sumbawa, Kabupaten Sumbawa, NTB, Kamis (2/5/2024).
Foto: Republika/Dessy Suciati Saputri
Presiden Joko Widodo didampingi Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman, meninjau area panen jagung seluas 50 ha di Kelurahan Brang Biji, Kecamatan Sumbawa, Kabupaten Sumbawa, NTB, Kamis (2/5/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, SUMBAWA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan upaya untuk menjaga keseimbangan harga jagung tidaklah mudah. Hal ini disampaikan Jokowi usai meninjau panen jagung di Kelurahan Brang Biji, Kabupaten Sumbawa, NTB, Kamis (2/5/2024).

Ia mengatakan, penurunan harga jagung dari sebelumnya Rp 7.000 menjadi Rp 4.200 memang baik untuk peternak. Namun kondisi tersebut tidak baik bagi petani.

Baca Juga

"Harga yang sebelumnya Rp 7.000, sekarang sudah turun menjadi Rp 4.200 baik untuk peternak, tapi kurang baik untuk petani. Nah ini lho menjaga keseimbangan sepertinya tidak mudah," ujar Jokowi.

Presiden menjelaskan, penurunan harga jagung salah satunya disebabkan karena kelebihan pasokan karena panen yang bersamaan di berbagai daerah.

Saat ini, panen jagung terjadi di Sumbawa dan Dompu, NTB yang merupakan panen besar. Selain itu, panen jagung juga terjadi di wilayah lainnya seperti Gorontalo. "Sehingga terjadi adalah harga turun karena oversupply," kata dia.

Meski demikian, ia menekankan pentingnya menaikkan produktivitas panen jagung. Sehingga produktivitas yang tinggi tersebut dapat menutupi biaya produksi.

"Misalnya di sini pakai benih tangguh, hasilnya tadi saya tanya tujuh ton sampai delapan ton, kalau yang Bisi juga sama bisa tujuh ton sampai sembilan ton, tapi ada yang di bawah lima ton. Nah itu yang dengan harga Rp 4.200 itu, enggak nutup," kata dia menjelaskan.

Para petani jagung sendiri meminta agar harga jagung dinaikkan menjadi Rp 5.000 per kilogram. Menanggapi permintaan itu, Jokowi mengatakan bahwa pemerintah telah melakukan perhitungan.

Namun ia kembali menekankan harga jagung dipengaruhi oleh jumlah pasokan dan permintaan. Jika kelebihan pasokan, maka harga pun akan mengalami penurunan.

"Ini yang kemarin kita sudah hitung-hitung dan kita dorong, tapi kalau pasokannya terlalu besar, permintaannya tetap, itu hukum pasarnya harga pasti turun karena oversupply," ujarnya.

Selain itu, Jokowi juga mendorong adanya hilirisasi di sektor pertanian. Menurutnya, industri pertanian memang harus dibangun di sekitar lahan jagung. Sehingga hasil produksinya bisa digunakan baik untuk pakan ternak, minyak goreng jagung, dan lainnya.

"Memang ini yang terus akan kita dorong sehingga harga bisa lebih stabil kalau ada industrinya, harga akan lebih stabil. Namun kalau jauh, dari sini terus dibawa ke Jawa, dari sini harus dibawa ke Jawa Barat, ya memang biayanya terlalu banyak di transportasi," kata dia.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement