REPUBLIKA.CO.ID, SENTANI -- Tokoh masyarakat adat Papua Ramses Wally mendorong masyarakat asli Papua untuk menanam pohon sagu sebagai sumber karbohidrat pengganti beras.
"Kita itu sejak dulu makannya sagu, pisang, jagung dan umbi-umbian sehingga keberadaan pohon sagu harus dijaga dan dirawat," kata Tokoh Adat Papua Ramses Wally.
Menurut Ramses, keberadaan hutan sagu yang ada di Kabupaten Jayapura khususnya di lokasi Kampung Yoboi, Simporo dan Babrongko merupakan warisan nenek moyang kepada generasi saat ini. Nenek moyang sudah mewariskan hutan sagu sebagai sumber pangan utama masyarakat Papua, khususnya Sentani.
"Sehingga tugas kita saat ini menjaga dan mewarisi kepada generasi selanjutnya," ujarnya.
Dia menjelaskan, dengan pembangunan yang semakin pesat saat ini mengharuskan masyarakat adat menjual lokasi tanah yang ditumbuhi pohon sagu untuk dijual dan dibangun perumahan. Ini yang menjadi catatan para ondofolo (pimpinan suku-suku) di wilayah Sentani supaya tidak menjual dusun atau hutan sagu tetapi bagaimana menjaga dan mewariskan kepada anak dan cucu kita.
Ramses Wally menambahkan, Kampung Yoboi, Simporo dan Babrongko menerima ajakan kerja sama dengan Representative, Food and Agriculture Organization of the United Nations (FAO-UN) for Indonesia and Timor Leste dalam pengelolaan sagu berkelanjutan. "Kami berharap melalui kerja sama ini maka akan membantu ekonomi masyarakat meningkatkan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) dari berbagai olahan sagu," ujarnya.
Representative, Food and Agriculture Organization of the United Nations (FAO-UN) for Indonesia and Timor Leste menggelar lokakarya awal peningkatan kapasitas petani kecil mengenai peningkatan pengolahan dan rantai nilai sagu di Jayapura, Papua di Sentani, beberapa waktu lalu.