REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM), Teten Masduki, mengatakan bahwa kementeriannya terus berupaya untuk memperluas akses pembiayaan dan investasi bagi perusahaan rintisan atau startup di tanah air.
Dalam sebuah diskusi yang digelar di Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, Rabu, Teten mengatakan akses pembiayaan ini penting karena pada tahap awal, perusahaan startup sering menghadapi berbagai kendala, terutama keterbatasan finansial.
Startup saat ini sangat bergantung pada model pendanaan dari investor malaikat (angel investor) dan modal ventura untuk mendorong pertumbuhan dan inovasi mereka.
Teten mengatakan Kemenkop UKM telah meluncurkan inisiatif Entrepreneur Financial Fiesta 2024 sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan pengembangan ekosistem startup Indonesia.
“Kami berusaha untuk meningkatkan pengembangan ekosistem startup, berkolaborasi dengan perusahaan modal ventura, baik dalam negeri maupun global," kata Teten.
Ia menambahkan bahwa sejak 2021, Kemenkop UKM telah mengembangkan program peningkatan kapasitas startup melalui proses inkubasi, bekerja sama dengan lebih dari 20 lembaga inkubator dari berbagai universitas dan pemerintah daerah.
Dia menyebut saat ini terdapat setidaknya 351 startup yang mengikuti program inkubasi tersebut. Menurutnya, program ini membantu mereka memperkuat model bisnis, meningkatkan pendapatan, dan mendapatkan akses kemitraan yang lebih luas, baik di tingkat nasional maupun internasional.
“Tahun ini kami akan melanjutkan program ini dan akan dikolaborasikan dengan 9 lembaga inkubator untuk memfasilitasi setidaknya 180 startup,” ucap dia.
Teten menambahkan, saat ini Kemenkop UKM menargetkan untuk menciptakan lebih banyak startup pada sektor agribisnis, akuakultur, bisnis ramah lingkungan, dan teknologi.
Fokus tersebut, kata dia, merupakan bagian dari upaya untuk meningkatkan dampak sosial ekonomi dan memaksimalkan potensi Indonesia.
Teten mengajak seluruh lembaga keuangan termasuk perusahaan modal ventura, bank, perusahaan fintech, aplikasi pendukung keuangan, dan lembaga donor untuk bersama-sama membantu startup dalam mengakses pembiayaan sesuai kebutuhan dan kemampuan mereka.
Ia menekankan pentingnya membangun ekonomi dan wirausaha baru di tanah air agar Indonesia bisa naik kelas menjadi negara maju. Menurutnya, saat ini, rasio wirausahawan di Indonesia masih tergolong rendah, yaitu 3,47 persen.