Senin 25 Mar 2024 23:21 WIB

Surplus Neraca Dagang Turun Tajam, Menkeu Naikkan Kewaspadaan

Penurunan ini terjadi karena angka ekspor yang terus terkontraksi.

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Ahmad Fikri Noor
Menteri Keuangan Sri Mulyani bersama jajaran saat Konferensi Pers APBN KiTa Edisi Maret 2024 di Aula Mezzanine Gd. Djuanda I, Kementerian Keuangan, Senin (25/3/2024).
Foto: Republika/Fauziah Mursid
Menteri Keuangan Sri Mulyani bersama jajaran saat Konferensi Pers APBN KiTa Edisi Maret 2024 di Aula Mezzanine Gd. Djuanda I, Kementerian Keuangan, Senin (25/3/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Keuangan Sri Mulyani mengingatkan tetap waspada meski neraca perdagangan Indonesia pada Februari 2024 mencatatkan kinerja surplus. Hal ini karena neraca perdagangan RI pada Februari 2024, meski surplus tetapi angkanya mengalami penurunan cukup tajam. Sri Mulyani menyebut, penurunan ini terjadi karena angka ekspor yang terus terkontraksi, sedangkan nilai impor terus naik.

"Ini yang perlu kita waspadai dari sisi keseimbangan eksternal, resiliensi kita," ujar Sri Mulyani saat Konferensi Pers APBN KiTa Edisi Maret 2024 di Aula Mezzanine Gedung Djuanda I, Kementerian Keuangan, Senin (25/3/2024).

Baca Juga

Sri Mulyani menjelaskan, angka ekspor RI per akhir Februari di angka 19,3 Miliar dolar AS atau turun 9,4 persen dibandingkan periode tahun sebelumnya (year and year/yoy). Sedangkan angka impor sebesar 18,44 Miliar dolar AS  justru mengalami pertumbuhan double digit di 15,8 persen (YOY).

 "Maka surplus neraca perdagangan tetap surplus tetapi mengalami penurunan yang cukup tajam karena tadi ekspornya kontraksi. Sementara impornya mengalami double digit growth," kata Sri Mulyani.

Sementara itu, untuk angka inflasi RI hingga 15 Maret 2024 masih relatif terjaga dengan baik. Nilai inflasi year to date masih 0,41 persen, dan untuk tahun ke tahun 2,75 persen.

"Harga-harga yang dijaga pemerintah kontribusinya 1,67 persen jadi semua masih rendah dan stabil di bawah. Sedangkan yang memberi kontribusi untuk inflasi kita agak naik di Februari ini, volatile food, terutama harga beras, meskipun di periode Maret agak melandai dan beberapa komoditas ini menjelang hari raya biasanya juga alami kenaikan seperti telur ayam, daging, minyak goreng, bawang putih, dan gula pasir serta daging sapi," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement