Rabu 21 Feb 2024 15:31 WIB

Investor Asing Lebih Suka Pemimpin yang Lanjutkan Kebijakan Jokowi

Karena preferensi investor pada kestabilan dan minimnya risiko perubahan kebijakan.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Fuji Pratiwi
Ilustrasi pasar modal.
Foto: Republika/Bowo Pribadi
Ilustrasi pasar modal.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Senior Portfolio Manager, Equity PT Manulife Investment Management Indonesia (MAMI), Samuel Kesuma, CFA, mengatakan, dalam jangka pendek, hasil pemilu disambut secara positif oleh pasar. Investor pasar saham, terutama investor asing, umumnya lebih menyukai pemimpin baru yang melanjutkan kebijakan pemerintahan sebelumnya.

"Hal ini disebabkan preferensi investor untuk kestabilan dan minimnya risiko dari perubahan kebijakan yang ekstrem," ujar Samuel, Rabu (21/2/2024).

Baca Juga

Pemilu yang diperkirakan akan berlangsung satu periode juga dipersepsi positif bagi ekonomi karena memperbesar potensi komitmen dana investasi langsung tahun ini. Ke depannya, sambung dia, investor akan memonitor rencana kebijakan ekonomi dan calon anggota kabinet dari pemerintahan yang baru untuk memprediksi arah pertumbuhan ekonomi di tahun-tahun mendatang.

Di tengah kondisi global yang dinamis, MAMI mengambil posisi yang berimbang pada konstruksi portofolio. Salah satunya adalah dengan mengombinasikan elemen potensi katalis jangka pendek, defensif, dan potensi struktural jangka panjang.

Untuk katalis jangka pendek, MAMI memperbesar alokasi pada sektor yang diuntungkan dari pemangkasan suku bunga (interest rate sensitive). Seperti di perbankan, properti, tower telekomunikasi, dan konsumer nonprimer.

"Sebagai porsi defensif, MAMI mengunggulkan sektor telekomunikasi, karena karakteristik industri cenderung resilien mengingat data merupakan kebutuhan pokok. Selain itu konsolidasi industri memungkinkan bagi emiten untuk menaikkan harga data secara gradual yang positif bagi marjin," ujarnya.

Untuk potensi pertumbuhan struktural, MAMI mempertahankan posisi di sektor yang berhubungan dengan bahan baku untuk industri energi baru terbarukan. Transisi menuju era dekarbonisasi sangat menguntungkan bagi Indonesia yang kaya akan komoditas yang digunakan dalam teknologi energi baru terbarukan.

"Di samping itu kami juga terus mencermati likuiditas dan volatilitas untuk memastikan pengelolaan investasi memberikan hasil optimal dengan risiko yang terkendali," ujarnya.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement