Senin 12 Feb 2024 17:19 WIB

Kembali Sentuh All Time High, Kapitalisasi Pasar BBRI Tembus Rp 913 Triliun

Saham BBRI tercatat meningkat 2,99 persen dan menyentuh level tertingginya.

Direktur Utama BRI Sunarso mengungkapkan kinerja saham BBRI yang kembali memecahkan rekor tertinggi sepanjang sejarah merupakan cerminan dari kinerja keuangan yang impresif.
Foto: BRI
Direktur Utama BRI Sunarso mengungkapkan kinerja saham BBRI yang kembali memecahkan rekor tertinggi sepanjang sejarah merupakan cerminan dari kinerja keuangan yang impresif.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau emiten berkode BBRI kembali mencatatkan rekor tertinggi sepanjang sejarah pada perdagangan Bursa Efek Indonesia. Pada penutupan perdagangan, Senin (12/2/2024), saham BBRI tercatat meningkat 2,99 persen dan menyentuh level tertingginya di level Rp 6.025 per lembar saham dengan kapitalisasi pasar mencapai Rp 913,14 triliun.

Terkait dengan hal tersebut, Direktur Utama BRI Sunarso mengungkapkan kinerja saham BBRI yang kembali memecahkan rekor tertinggi sepanjang sejarah merupakan cerminan dari kinerja keuangan yang impresif. “Ini merupakan apresiasi dari para pemegang saham atas kinerja positif berkelanjutan yang dicatatkan perseroan hingga akhir Desember 2023,” kata Sunarso dalam siaran persnya.

Baca Juga

Sebelumnya pada pemaparan kinerja keuangan tahun 2023 di Jakarta (31/1), Sunarso mengungkapkan bahwa secara konsolidasian aset perseroan tumbuh 5,3 persen yoy menjadi sebesar Rp 1.965,0 triliun, dan membukukan laba sebesar Rp 60,4 triliun atau tumbuh 17,5 persen year on year (yoy).

photo
Direktur Utama BRI Sunarso mengungkapkan kinerja saham BBRI yang kembali memecahkan rekor tertinggi sepanjang sejarah merupakan cerminan dari kinerja keuangan yang impresif. - (BRI)

Dari sisi fungsi intermediasi, hingga akhir Desember 2023, BRI berhasil mendorong penyaluran kredit tumbuh 11,2 persen yoy menjadi Rp 1.266,4 triliun. Pencapaian ini tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan penyaluran kredit industri perbankan nasional yang sebesar 10,4 persen yoy di sepanjang tahun 2023.

Dari sisi Dana Pihak Ketiga (DPK), hingga akhir Desember 2023 BRI berhasil menghimpun DPK sebesar Rp 1.358,3 triliun atau tumbuh 3,9 persen yoy. Pencapaian ini juga lebih baik dibandingkan dengan DPK industri perbankan nasional yang tumbuh 3,8 persen secara yoy pada akhir Desember 2023. Penghimpunan DPK BRI masih didominasi oleh dana murah (CASA) dengan presentase mencapai 64,4 persen atau setara dengan Rp 874,1 triliun.

Sunarso menegaskan mayoritas laba perusahaan akan dikembalikan kepada pemegang saham lewat pembagian dividen. "Mayoritas laba BRI pada akhirnya kembali ke negara sebagai pemegang saham mayoritas untuk selanjutnya dipakai untuk kepentingan rakyat melalui berbagai program pemerintah," kata Sunarso.

Sebelumnya, dari laba tahun buku 2022, dividen BRI yang menjadi bagian negara dengan kepemilikan sekurang-kurangnya 53,19 persen saham atau senilai Rp 23,23 triliun, telah disetorkan ke Rekening Kas Umum Negara (KUN) pada tahun lalu.

Kinerja saham BBRI yang positif diprediksi akan terus berlanjut. Mengutip riset Nico Laurens analis Panin Sekuritas, performa positif secara tahunan didorong oleh pertumbuhan kredit yang berhasil ada di atas industri, NIM yang meningkat, serta membaiknya cost to income ratio. 

“Kami melihat positif untuk BRI, didorong oleh; (1) ruang pertumbuhan kredit, khususnya untuk segmen yield tinggi seperti Kupedes, (2) akselerasi digital akan memperkuat lending dan funding Perseroan, serta (3) stabilnya NIM,” tulis riset Panin Sekuritas.

Senada, konsensus para analis yang dihimpun Bloomberg dengan melibatkan 35 analis menghasilkan target harga saham BBRI di angka Rp 6.575,09 per saham dalam 12 bulan kedepan. Dengan 34 analis merekomendasikan Beli untuk saham BBRI.

Terbaru, Budi Rustanto analis OCBC Sekuritas memberikan rekomendasi Buy pada saham BBRI dengan target harga dapat mencapai Rp 6.500 per saham. Menyusul Jayden Vantarakis, analis Macquarie memberikan rekomendasi Buy dengan target harga mencapai Rp 7.100 per saham.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement