Senin 05 Feb 2024 20:29 WIB

Penjualan McDonald's Lesu, Imbas Boikot Massal di Timur Tengah

CEO McDonald's mengungkapkan ada dampak besar pada bisnis di Timur Tengah.

Logo perusahaan jaringan makanan cepat saji McDonald's
Foto: REUTERS
Logo perusahaan jaringan makanan cepat saji McDonald's

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON – McDonald's melaporkan target penjualan untuk pertama kalinya meleset dalam kurun empat tahun. Dalam laporannya, Senin (5/2/2024) kondisi ini disebabkan lesunya pertumbuhan penjualan di Timur Tengah, Cina, dan India. 

Bulan lalu, CEO McDonald’s, Chris Kempczinski pernah mengungkapkan adanya dampak besar pada bisnis McDonald’s di pasar Timur Tengah dan sejumlah wilayah di luar kawasan tersebut karena isu konflik Israel-Hamas. 

Baca Juga

Ia mengeklaim, penyebab lainnya adalah informasi yang salah mengenai brand McDonald’s. McDonald’s memang termasuk di antara merek-merek Barat yang menjadi sasaran kampanye dan boikot anti-Israel. Aksi boikot dilakukan karena McDonald’s dianggap pro-Israel.  

Pekan lalu nasib yang sama dialami Starbucks. Mereka memangkas target penjualan tahunan mereka. Di antara faktor yang menjadi pertimbangan adalah terpuruknya penjualan dan lalu lintas konsumen di gerai-gerai kopi mereka di Timur Tengah. 

Dalam kasus menurunnya penjualan di Cina, pasar kedua terbesar bagi McDonald’s disebabkan oleh belanja konsumen yang masih tetap rendah. Padahal muncul kebijakan-kebijakan Pemerintah Cina untuk menstimulasi belanja masyarakatnya. 

Sebelumnya, Starbucks juga mengungkapkan pemulihan penjualan di Cina lebih lamban dari yang diharapkan. Selain di Cina, pendapatan McDonald’s di India untuk pertama kalinya mengalami penurunan dalam kurun tiga tahun. 

Perusahaan yang berbasis di AS ini juga mulau menunjukkan tanda-tanda pelemaan. Perputaran di gerai-gerai McDonald’s di AS anjlok 13 persen pada Oktober tahun lalu, ini merujuk Placer.ai data yang dikutip Wells Fargo. 

Kemudian, turun 4,4 persen pada Novemeber. Sedangkan pada Desember mengalami penurunan sebesar 4,9 persen. 

Kampanye boikot.....

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement