REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) optimistis ruang pertumbuhan bagi industri pasar modal Indonesia masih luas untuk memberikan kontribusi optimal bagi perekonomian nasional.
Pernyataan tersebut disampaikan oleh Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK Inarno Djajadi dalam Konferensi Pers Asesmen Sektor Jasa Keuangan & Kebijakan OJK Hasil Rapat Dewan Komisioner (RDK) Bulanan Desember 2023 yang diadakan secara virtual di Jakarta, Selasa.
“Pasar saham Indonesia sampai dengan 29 Desember 2023 menguat sebesar 2,71 persen month-to-date (mtd) ke level 7.272,8 dibanding November 2023, yaitu 7.080,74, dengan net by non-resident sebesar Rp 7,67 triliun month to date dibanding November 2023 terjadi outflow sebesar 0,52 triliun month-to-date. sehingga, secara year-to-date investor non-resident membukukan net sale sebesar Rp 6,19 triliun dibanding November 2023 yang sebesar Rp 13,86 triliun year-to-date (ytd),” ungkapnya.
Secara Ytd, kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menjadi yang tertinggi kedua di antara kinerja bursa Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) setelah Vietnam dengan tercatat menguat 6,16 persen. Nilai kapitalisasi pasar mencapai Rp 11,674 triliun dengan Ytd tumbuh 22,90 persen.
Di sisi likuiditas transaksi, rata-rata nilai transaksi pasar saham pada Desember 2023 tercatat meningkat menjadi sebesar Rp 10,75 triliun Ytd per hari dibandingkan November 2023, yaitu Rp 10,54 triliun Ytd per hari.
Capaian atas kinerja IHSG juga ditopang oleh pertumbuhan jumlah investor pasar modal yang melanjutkan kenaikan double digit sebesar 18,04 persen menjadi 12,17 juta investor.
“Penguatan juga terjadi di pasar SBN (Surat Berharga Nasional). Per 29 Desember 2023, membukukan inflow investor asing sebesar Rp 8,17 triliun month-to-date dibandingkan November 2023 inflow sebesar Rp 23,5 triliun month-to-date. Sehingga, kembali mendorong penurunan yield SBN rata-rata sebesar 13,30 bips (basis points) month-to-date di seluruh tenor,” ucap Inarno.
Secara Ytd, yield SBN turun rata-rata sebesar 29,51 bips di seluruh tenor dengan non-resident mencatatkan net buy sebesar Rp 79,87 triliun ytd. Di pasar obligasi, Indonesia Composite Bond Index (ICBI) pada 29 Desember 2023 menguat 8,65 persen Ytd ke level 374,61, di mana dibanding November 2023 menguat 7,34 persen Ytd.
Untuk pasar obligasi korporasi, aliran dana masuk investor non-resident tercatat Rp 541,83 miliar mtd, dan secara ytd masih tercatat outflow sebesar Rp 0,92 triliun.
Di industri pengelolaan investasi, nilai Assets Under Management (AUM) pengelolaan investasi tercatat sebesar Rp 824,73 triliun per 29 Desember 2023 dengan Nilai Aktifa Bersih (NAB) reksadana tercatat sebesar Rp 501,46 triliun atau naik sebesar 1,77 persen mtd.
Kemudian, investor reksadana membukukan net subscription sebesar Rp 6,31 triliun mtd. Secara ytd, kinerja industri reksadana relatif stabil dengan NAB menurun 0,67 persen, tetapi masih mencatatkan net subscription sebesar Rp 8,98 triliun.
“Penghimpunan dana di pasar modal masih bagus, masih tinggi, yaitu sebesar Rp 255,39 triliun, dengan emiten baru tercatat sebanyak 83 emiten hingga 29 Desember 2023. Penghimpunan dana per Desember ini telah melampaui capaian target di 2023 sebesar Rp 200 triliun,” ujarnya.
Sementara itu, pipeline penawaran umum masih terdapat 85 dengan perkiraan nilai indikatif sebesar Rp 28,68 triliun yang di antaranya merupakan rencana Initial Public Offering (IPO) oleh emiten baru sebanyak 60 perusahaan.
“Untuk penggalangan dana pada Securities Crowdfunding (SCF) yang merupakan alternatif pendanaan bagi UKM (Usaha Kecil Menengah), hingga 29 Desember 2023 telah terdapat 16 penyelenggara yang telah mendapatkan izin dari OJK dengan 494 penerbit dan juga 168 ribu pemodal dan total dana yang dihimpun sudah melampaui Rp 1 triliun,” kata dia.