Senin 08 Jan 2024 03:40 WIB

Pertumbuhan Berkelanjutan Pasar Modal Indonesia

Selama 2023, IPO banyak dilakukan oleh perusahaan sektor energi hijau.

Tamu undangan merayakan penutupan perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2023 di gedung BEI, Jakarta, Jumat (29/12/2023).
Foto: Republika/Prayogi
Tamu undangan merayakan penutupan perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2023 di gedung BEI, Jakarta, Jumat (29/12/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tampak sebuah lorong aram temaram, yang di dinding sisi kirinya tergantung poster besar bertuliskan "Risk comes from not knowing what you're doing", sepenggal kalimat dari investor kawakan Warren Buffet.

Di ujung lorong terlihat sebuah altar besar yang dikelilingi beragam bentuk layar yang menampilkan grafik dan angka-angka berwarna hijau dan merah. Di dalam layar, angka- angka hijau dan merah itu seperti tidak mau berhenti, hampir setiap detik berubah angkanya.

Baca Juga

Altar itu adalah Main Hall Bursa Efek Indonesia (BEI), tempat 79 petinggi perusahaan sepanjang tahun ini bergantian menyesaki tempat ini dalam upaya mencari alternatif modal untuk menggerakkan roda produksi perusahaan mereka. Sebanyak itu pula perusahaan resmi melangsungkan penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO) di pasar modal Indonesia sepanjang tahun ini, dengan dana dihimpun mencapai Rp 54,14 triliun.

Capaian ini adalah rekor IPO terbanyak sepanjang sejarah dalam kurun waktu 1 tahun, melampaui rekor sebelumnya 33 tahun yang lalu pada 1990 yang sebanyak 66 perusahaan. Menariknya, selama tahun ini aksi IPO banyak dilakukan oleh perusahaan sektor energi baru terbarukan (EBT) atau energi hijau, mulai dari perusahaan sektor panas Bumi hingga sektor sub-industri utilitas listrik.

Ramainya aksi IPO membuat pasar modal Indonesia yang saat ini dihuni lebih dari 900 emiten, bakal terus bertambah, seiring dengan masih banyaknya perusahaan dalam antrean IPO di BEI.

 

Investor

Ramainya perusahaan anyar yang menghuni pasar modal Indonesia pun diikuti oleh investor baru yang berbondong-bondong meramaikan perdagangan saham selama tahun 2023. Jumlah investor tercatat tumbuh 17,16 persen year to date (ytd) menjadi 12,15 juta investor per 28 Desember 2023, dibandingkan akhir tahun lalu yang tercatat 10,31 juta investor.

Artinya, hampir 2 juta investor baru mulai ikut berkontribusi menggerakkan perekonomian nasional melalui pasar modal sepanjang tahun ini, atau tumbuh lima kali lipat selama 4 tahun terakhir dibandingkan 2019 yang "hanya" sebanyak 2,48 juta investor.

Uniknya, sebanyak 56,47 persen investor berusia di bawah 30 tahun, yang memunculkan potensi besar bagi pasar modal Indonesia ke depan. "Ada optimisme, investor ada penerusnya, pendukung pertumbuhan karena ada generasi investor penerus," ujar Kepala Departemen Perizinan Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Luthfy Zain Fuady.

Namun demikian, pasar modal masih memiliki pekerjaan rumah yaitu mayoritas sebanyak 62,33 persen investor didominasi laki laki, dan sebesar 68,14 persen investor masih terkonsentrasi di Pulau Jawa. Secara demografi, untuk menjangkau investor perempuan maupun investor wilayah luar Jawa menjadi pekerjaan yang perlu diselesaikan, untuk pasar modal yang lebih proporsional.

 

Penghimpunan Dana

Pasar modal Indonesia berhasil menghimpun dana mencapai Rp 247,06 triliun per 28 Desember 2023, dengan jumlah sebanyak 203 emisi. Kapitalisasi pasar (market cap) mencapai Rp 11.762 triliun per 28 Desember 2023, atau meningkat 23,82 persen (ytd) dibandingkan akhir 2022 yang senilai Rp 9.499 triliun

Rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) di pasar saham mencapai Rp 10,75 triliun per 28 Desember 2023, atau telah memenuhi target 2023.

Dari pengelolaan investasi, nilai aktiva bersih (NAB) reksa dana tercatat mencapai Rp 494,56 triliun per 28 Desember 2023, atau menurun 2,04 persen (ytd) dibandingkan akhir 2022 lalu yang senilai Rp 504,86 triliun. Total dana kelolaan atau asset under management (AUM) reksa dana mencapai Rp 807,75 triliun, atau menurun 2,39 persen (ytd) dibandingkan sebelumnya senilai Rp 827,54 triliun.

Kemudian, penghimpunan dana securities  crowdfunding (SCF) mencapai Rp1,04 miliar, dengan total jumlah penerbit sebanyak 493 penerbit. Sementara itu, Indeks Obligasi Indonesia (ICBI) meningkat 8,51 persen (ytd) menjadi di level 374,20, dari sebelumnya berada di level 344,78.

Melansir EY Global IPO Trends 2023, BEI menduduki peringkat ke-6 dari segi jumlah IPO, serta peringkat ke-9 dari segi total fund-raised di antara bursa- bursa di tingkat global.

 

Aspek Keberlanjutan

Seiring pertumbuhan itu, tidak lantas membuat pasar modal lupa terhadap aspek keberlanjutan lingkungan. Pada 26 September 2023 secara resmi diluncurkan Bursa Karbon Indonesia (IDX Carbon), sebagai upaya memerangi perubahan iklim. Bursa karbon adalah sebuah capaian bagi komitmen dekarbonisasi Indonesia menuju net zero emission pada 2060 atau lebih cepat.

Per 28 Desember 2023, nilai transaksi di Bursa Karbon Indonesia mencapai Rp 30,91 miliar, dengan volume perdagangan 494.254 ton karbon ekuivalen (CO2). Tercatat sebanyak 1.757.949 unit karbon telah diperdagangkan, dengan total 46 pengguna.

Hadirnya bursa karbon akan membuat perusahaan berlomba-lomba mengurangi pengeluaran emisi karbon atas aktivitas produksi mereka, atau akan diganjar dengan ongkos mahal karena karbon yang mereka hasilkan. Seiring pertumbuhan berkelanjutan selama 2023, optimisme mencuat untuk pasar modal Indonesia pada tahun depan seiring dengan proyeksi penurunan tingkat suku bunga acuan global dan terus pulihnya perekonomian di berbagai negara maju dan berkembang.

Rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) pasar saham Indonesia diperkirakan dapat mencapai senilai Rp 12,25 triliun pada 2024. Berbagai perusahaan sekuritas dan analis pasar saham pun memproyeksikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dapat menembus angka 8.000, mengingat pada penutupan perdagangan Jumat (29/12/2023) IHSG ditutup di angka 7.272,80.

 

 

sumber : ANTARA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement