Jumat 22 Dec 2023 18:42 WIB

China Percaya Diri Dapat Ungkit Perekonomian Dunia

Satu persen pertumbuhan ekonomi China meningkatkan 0,3 persen output negara lain.

Satu persen pertumbuhan ekonomi China meningkatkan 0,3 persen output negara lain.
Foto: AP Photo/Michael Probst
Satu persen pertumbuhan ekonomi China meningkatkan 0,3 persen output negara lain.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Wang Wenbin mengatakan, China yakin dengan kemampuan pertumbuhan ekonominya dapat berdampak positif pada negara-negara di dunia. Penelitian IMF menunjukkan bahwa pertumbuhan yang lebih cepat di China berdampak positif pada negara-negara lain di dunia.

"Peningkatan (pertumbuhan ekonomi) sebesar satu persen di China akan, secara rata-rata, meningkatkan tingkat 'output' di negara-negara lain sebesar 0,3 persen," kata Wang Wenbin saat menyampaikan keterangan kepada media di Beijing, China pada Kamis (21/12/2023).

Baca Juga

Sebelumnya, Senior Resident Representative Dana Moneter Internasional (IMF) Steven Alan Barnett mengatakan perkiraan terbaru pertumbuhan ekonomi global IMF turun dari 3,5 persen pada 2022 menjadi 3 persen pada 2023 dan 2,9 persen pada 2024.

Sedangkan untuk China, IMF merevisi perkiraan pertumbuhan ekonomi yaitu dengan meningkatkan perkiraan pertumbuhan ekonomi China sebesar 0,4 poin menjadi 5,4 persen pada 2023 dan 4,6 persen pada 2024.

Alasannya adalah karena China dan negara-negara lain di dunia menghadapi tantangan untuk meningkatkan pertumbuhan dalam jangka menengah, dan solusinya adalah dengan mendorong reformasi struktural untuk meningkatkan pertumbuhan, misalnya di sektor perdagangan.

"China secara umum dianggap sebagai penggerak terbesar perekonomian dunia. China juga memiliki pasar berskala besar dengan potensi terbesar di dunia," tambah Wang Wenbin.

Kebijakan makroekonomi yang diperkenalkan oleh Pemerintah China, menurut Wang Wenbin, telah memberikan dorongan yang kuat terhadap perekonomian.

"Terdapat ruang yang luas untuk meningkatkan implementasi kebijakan moneter dan fiskal. Reformasi yang semakin mendalam dan keterbukaan di China memberikan dorongan kuat bagi pembangunan ekonomi yang sehat dan berkelanjutan," ungkap Wang Wenbin.

Ia juga menyebut China memulai babak baru revolusi ilmu pengetahuan dan teknologi serta transformasi industri.

"Secara keseluruhan, kondisi-kondisi tersebut memberikan lebih banyak keuntungan dibanding merugikan pembangunan ekonomi China. Kami menyambut dunia usaha dari seluruh dunia untuk terus datang ke China demi kesuksesan global," tambah Wang Wenbin.

Wang Wenbin pun menyebut China akan terus memperluas keterbukaan, memperbaiki lingkungan bisnis, meningkatkan perlindungan hak kekayaan intelektual serta membentuk ekosistem inovasi yang terbuka dan kompetitif.

China, menurut Wang Wenbin, bersikap menentang perang dagang atau perang tarif.

"Kenaikan tarif sepihak Amerika Serikat bertentangan dengan prinsip ekonomi pasar dan persaingan sehat serta mengancam keamanan industri dan rantai pasok global," kata Wang Wenbin.

Penerapan tarif perdagangan khususnya bagi kendaraan listrik China yang disebut-sebut akan diterapkan oleh pemerintahan Joe Biden disebut Wang Wenbin akan melanggar prinsip WTO soal "most favored nation" dan "national treatment" yang lazim disebut sebagai proteksionisme.

"China sangat menentang hal tersebut. Kami mendesak AS untuk mematuhi peraturan WTO, menegakkan tatanan perdagangan untuk persaingan yang sehat dan menyediakan lingkungan bisnis yang adil, terbuka dan tidak diskriminatif bagi perusahaan asing," ungkap Wang Wenbin.

Wang Wenbin menyebut China akan terus mengikuti dengan cermat tindakan yang dilakukan negara-negara lain di bidang perdagangan dan akan melakukan apa yang diperlukan untuk melindungi hak dan kepentingan negaranya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement