Senin 11 Dec 2023 22:15 WIB

Bahlil: Jokowi Ingin Hilirisasi Secara Masif

Jokowi tak ingin SDA Indonesia tidak memberikan nilai tambah.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Ahmad Fikri Noor
Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia.
Foto: Republika/Dedy Darmawan
Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menegaskan komitmen Presiden Joko Widodo (Jokowi) melakukan akselerasi hilirisasi sumber daya alam (SDA) Indonesia. Bahlil mengatakan Jokowi tak ingin SDA Indonesia tidak memberikan nilai tambah dan justru merugikan negara dan masyarakat akibat menjual dalam bentuk mentah atau bahan baku. 

"Presiden Jokowi ingin hilirisasi secara masif melalui teknologi, membuka pasar luar negeri, agar meningkatkan pendapatan negara dan perbaiki defisit neraca perdagangan kita," ujar Bahlil dalam diskusi Media Center Indonesia Maju bertajuk "Hililirasi untuk Negeri" di Jakarta, Senin (11/12/2023).

Baca Juga

Bahlil menyampaikan pengelolaan SDA ini hingga 2014 masih berkutat pada perdagangan bahan baku. Hal ini yang membuat Indonesia tetap menjadi konsumen meski memiliki kekayaan sumber daya alam. 

Bahlil menyampaikan Indonesia padahal memiliki momentum emas sebagai salah satu negara eksportir minyak hingga kayu di masa lampau. Namun, ucap Bahlil, tak ada satu pun perusahaan Indonesia yang masuk dalam sepuluh besar pemain minyak dan kayu terbesar dunia. 

"Sorry, kita masih beli minyak dari luar, kita punya minyak 1,5 juta barel per hari, kapasitas produksi tidak lebih 600 ribu barel per hari, impornya 850 ribu barel per hari," ucap Bahlil.

Bahlil membandingkan dengan Singapura yang justru 'menang banyak' lantaran mampu melakukan pengolahan bahan baku Indonesia. Dari pengolahan tersebut, ucap Bahlil, Singapura bahkan mengirimkan produk jadi dengan harga yang jauh lebih tinggi ke Indonesia. 

"Kan lucu, dia tidak punya minyak tapi dia ambil minyak, diolah, dikirim barang jadi ke kita lebih mahal," sambung Bahlil.

Bahlil yang juga sempat jadi pengusaha tak menampik mengekspor bahan baku SDA cukup menggoda lantaran perputaran uang yang lebih cepat. Namun, Bahlil mengingatkan para pengusaha untuk tidak tergoda lantaran akan merugikan bangsa. 

"Saya pernah jadi pengusaha, jual kayu, memang dapat duit lebih cepat tetapi tidak memberikan nilai tambah apa-apa bagi bangsa," kata Bahlil.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement