Kamis 07 Dec 2023 16:59 WIB

Sandiaga akan Pastikan Pengungsi Rohingya tak Ganggu Pariwisata Aceh

Pemerintah juga mencurigai adanya Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO).

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Ahmad Fikri Noor
Pengungsi Rohingya berada di tenda pengungsian di Pulau Weh, Sabang, Aceh, Kamis (6/12/2023).
Foto: EPA-EFE/HOTLI SIMANJUNTAK
Pengungsi Rohingya berada di tenda pengungsian di Pulau Weh, Sabang, Aceh, Kamis (6/12/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno akan mengunjungi Aceh untuk memastikan pariwisata Aceh tak terganggu oleh kedatangan pengungsi Rohingya.

"Nanti saya akan berkunjung akhir bulan Desember atau awal Januari untuk melihat dampaknya terhadap pariwisata Aceh," kata Sandiaga di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (7/12/2023).

Baca Juga

Sandiaga menyebut akan terus memantau kondisi pariwisata di Aceh. Selain itu, pemerintah juga mencurigai adanya Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) terhadap para pengungsi Rohingya.

"Karena ini ada bencana kemanusiaan saudara-saudara kita dari Rohingya mengalami tekanan akhirnya kami khawatir ini jadi bagian dari TPPO. Jadi harus kita pastikan jangan sampai nanti berdampak negatif terhadap wisata di Aceh," ujarnya.

Sebelumnya, Polres Pidie meringkus HM (70) yang diduga menyelundupkan 149 warga etnis Rohingya ke pesisir pantai Kecamatan Muara Tiga Kabupaten Pidie, Aceh.

“HM merupakan kewarganegaraan Bangladesh yang telah memfasilitasi kapal kayu untuk mengangkut rombongan etnis Rohingya dari perairan Bangladesh Myanmar,” kata Kapolres Pidie AKBP Imam Asfali di Pidie, Rabu (6/12/2023).

Imam Asfali menyampaikan warga Rohingya diangkut dengan kapal kayu dan masuk ke perairan wilayah Indonesia tanpa dilengkapi izin maupun dokumen yang sah. Ia sengaja membuat warga Rohingya terdampar di Indonesia, tepatnya pada Selasa (14/11/2023) pukul 11.30 WIB di Gampong Blang Raya Kecamatan Muara Tiga Kabupaten Pidie.

Pelaku, lanjut Kapolres, mendapatkan keuntungan dari setiap imigran Rohingya tersebut mulai Rp 7 juta hingga Rp 14 juta, atau 50 hingga 100 Daka per orangnya.

"Jika ditotalkan dari hasil kejahatan tersebut agen mendapatkan sekitar Rp 3 miliar," ujar Imam Asfali.

Sementara itu, sebanyak 16 orang warga etnis Rohingya dilaporkan melarikan diri dari penampungan sementara yakni gedung bekas kantor imigrasi di Desa Ulee Blang Mane, Kecamatan Blang Mangat, Kota Lhokseumawe, Provinsi Aceh.

“Dari informasi yang kita dapatkan, pengungsi Rohingya tersebut kabur dengan cara merusak dinding kamar dan melarikan diri melalui pagar arah toilet wanita,” kata Kepala Bagian Protokol dan Komunikasi Pimpinan (Prokopim) Pemkot Lhokseumawe Darius di Lhokseumawe, Aceh.

Ia menjelaskan saat melakukan pemantauan ke lokasi, pihaknya mendapati jumlah pengungsi Rohingya yang tersisa di penampungan sebanyak 498 orang, dari total sebelumnya sebanyak 514 orang. Menurut Darius, pihaknya tidak mengetahui alasan para pengungsi Rohingya tersebut kabur dari lokasi penampungan.

Ia juga mempertanyakan hal tersebut kepada lembaga terkait yang menangani pengungsi internasional. Selama ini, lanjut Darius, penjaga yang siaga di lokasi pengungsian meliputi pihak kepolisian, Satpam, UNHCR, IOM serta anggota yayasan terkait pengungsi.

“Petugas sudah ditempatkan di depan, namun imigran Rohingya kabur melalui arah belakang,” ujarnya.

Ia menambahkan, kasus etnis Rohingya yang melarikan diri dari penampungan sementara di Lhokseumawe tersebut bukan kali pertama terjadi. Sebelumnya, pada Senin (27/11/2023) lalu juga terdapat tujuh orang pengungsi etnis Rohingya yang kabur dari penampungan di gedung bekas Kantor Imigrasi Lhokseumawe itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement