Kamis 02 May 2024 16:50 WIB

Rupiah Menguat Seiring Suku Bunga AS Batal Naik pada Tahun Ini

Meski begitu, Fed masih isyaratkan naikkan suku bunga meski tak buru-buru.

Petugas menghitung uang dolar AS di gerai penukaran mata uang asing VIP (Valuta Inti Prima) Money Changer, Jakarta, Jakarta, Senin (20/11/2023).
Foto: Republika/Prayogi
Petugas menghitung uang dolar AS di gerai penukaran mata uang asing VIP (Valuta Inti Prima) Money Changer, Jakarta, Jakarta, Senin (20/11/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuabi menyatakan keputusan Federal Reserve (The Fed) yang membatalkan kenaikan suku bunga Amerika Serikat (AS) lebih lanjut pada 2024 hingga kini memberikan penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

"Federal Reserve membatalkan ekspektasi kenaikan suku bunga lebih lanjut yang menurunkan dolar AS dan memberikan sedikit keringanan pada harga komoditas. Namun, The Fed masih mengisyaratkan pihaknya tidak terburu-buru untuk mulai memangkas suku bunga," kata Ibrahim Assuabi dalam keterangan resmi di Jakarta, Kamis (2/5/2024).

Baca Juga

Data-data ekonomi AS yang dirilis semalam juga memberikan hasil beragam. Ada yang lebih baik dari proyeksi seperti data Automatic Data Processing (ADP) Non Farm Payrolls sebesar 192 ribu dari prediksi 179 ribu. Ada pula yang di bawah prediksi seperti data Purchasing Manager’s Index (PMI) versi Institute of Supply Management (ISM) yang sebesar 49,2 dari perkiraan 50,0.

Pada akhir perdagangan Kamis, kurs rupiah menguat 74 poin atau 0,46 persen menjadi Rp 16.185 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp 16.259 per dolar AS. Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Kamis turut menguat ke level Rp 16.202 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp 16.276 per dolar AS.

Senada, pengamat pasar uang Ariston Tjendra menganggap ada dua poin yang bisa diambil dari pernyataan Gubernur The Fed Jerome Powell dalam pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) Rabu (1/5/2025) dini hari.

Pertama, The Fed, tidak mempertimbangkan kenaikan suku bunga acuan AS tahun 2024. Kedua, The Fed Menunda pemangkasan karena belum yakin inflasi AS akan turun ke 2 persen saat ini.

Di satu sisi, ujar dia, pernyataan soal tidak adanya kenaikan memberikan kelegaan ke pasar dan bisa memberikan sentimen positif ke aset berisiko. Di sisi lain, indikasi penundaan pemangkasan suku bunga memberikan kekhawatiran di pasar bahwa The Fed bisa tak mengeluarkan keputusan tersebut pada tahun ini.

Meninjau faktor dari dalam negeri, data inflasi bulan April dinilai mungkin bisa memberikan sentimen positif untuk rupiah bila hasilnya masih di kisaran 3,0 persen.

Seperti diketahui, laporan Badan Pusat Statistik (BPS) mencatatkan angka inflasi tahunan mencapai tiga persen (year-on-year/yoy) dan inflasi tahun kalender tercatat 1,19 persen (year-to-date/ytd).

Berdasarkan perhitungan Indeks Harga Konsumen (IHK), angka inflasi sebesar 0,25 persen pada April 2024 dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/mtm). Adapun IHK mengalami peningkatan dari 106,13 pada Maret 2024 menjadi 106,4 pada April 2024.

 

sumber : ANTARA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement