REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --Kementerian Kominfo mengajak semua pihak terus bekerja sama untuk mendorong adopsi teknologi digital di Indonesia. Terlebih, teknologi digital berperang penting mendukung berkembangnya ekonomi digital yang berpotensi menjadi jalan keluar Indonesia terlepas dari jebakan middle income trap.
“Adopsi teknologi digital dan pembentukan ekosistem digital yang dapat mendukung kegiatan usaha sangat penting. Oleh karena itu mari kita terus bekerja sama, berkolaborasi, berkoordinasi, bersinergi untuk mendorong adopsi teknologi digital di Indonesia,” ajak R. Wijaya Kusumawardhana selaku Staf Ahli Bidang Ekonomi Sosial dan Budaya Menteri Kominfo, saat mewakili Menteri Kominfo Budi Arie Setiadi sebagai pembicara kunci di TOP Digital Awards 2023, di Jakarta, dalam siaran persnya, Senin, (4/12/2023)
“Semoga acara TOP Digital Awards dapat menghasilkan pemain-pemain yang dapat membangun ekosistem digital yang andal dan tangguh. Sehingga bersama kita membangun ekosistem digital Indonesia untuk mewujudkan Indonesia Terkoneksi Makin Digital Makin Maju,” harapnya.
Lebih lanjut, Wijaya Kusumawardhana memaparkan bahwa pada tahun 2030 proyeksi cakupan pasar global diperkirakan akan mencapai 8,92 triliun USD atau meningkat 4 kali lipat dari nilai di tahun 2022 yaitu 1,91 triliun USD. Kemajuan teknologi digital ini diperkirakan turut berkontribusi dalam mendorong ekonomi di Asia Tenggara. Berdasarkan data yang dikutip dari Fortune Business Insight tahun 2023 dimana nilai transaksi ekonomi digital di tahun 2023 telah mencapai 218 miliar USD.
Di Indonesia, kemajuan tersebut meningkatkan kontribusi sektor ekonomi digital kepada PDB nasional sebesar 5,11 persen pada tahun 2022. Dan pada tahun 2023 Indonesia menyumbang 40 persen dari nilai total transaksi ekonomi digital di Asean. Dan perkembangan sektor ekonomi digital ini dikuasai atau didominasi oleh 4 sektor yaitu e-commerce yang memiliki gross merchandise value sebesar 62 miliar USD, kemudian transportasi, dan makanan, serta media yang masing-masing senilai 7 miliar USD, dan terakhir adalah di bidang perjalanan atau travel dan wisata sebesar 6 miliar USD.
“Apabila kita melihat proyeksi ekonomi digital di masa depan, pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia terus menunjukan tren positif. Tahun 2023 nilainya meningkat 8 persen dari 76 miliar USD menjadi 82 miliar USD. Dan di tahun 2030 pertumbuhannya diprediksi meningkat hampir 4 kali lipatnya. Ekonomi digital bahkan diprediksi berkontribusi sebesar 20,7 persen bagi PDB Indonesia di tahun 2025,” jelasnya.
Middle Income Trap
Berkaca dari pengalaman Korea Selatan sebagai salah satu negara yang dapat keluar dari middle income trap, lanjutnya, Indonesia perlu melakukan industrialisasi berbasis teknologi dan inovasi untuk meningkatkan produktivitas.
“Jika ingin melakukan langkah yang sama, Indonesia juga perlu melakukan efisiensi sistem pemerintahan dan kebijakan publik yang mendukung iklim inovasi. Hal ini sejalan dengan prediksi yang dilakukan oleh Asian Development Bank pada tahun lalu,” tutur Wijaya Kusumawardhana.
Banyak negara yang sesungguhnya sudah lama masuk ke dalam negara berpendapatan menengah tetapi tidak pernah keluar menjadi negara maju. Indonesia sendiri sudah sejak tahun 2010 sudah memasuki negara yang berpendapatan menengah. Tapi selama 13 tahun ini Indonesia masih bertahan di sana. Tapi pengalaman di banyak negara minimal harus melalui 15 sampai 20 tahun. Inilah kesempatan kita dengan adanya bonus demografi untuk memanfaatkan hal tersebut.
Menurut Wijaya Kusumawardhana ekonomi digital berpotensi menjadi jalan keluar bagi Indonesia untuk keluar dari middle income trap. Ekonomi digital dapat mendukung terciptanya inovasi dan industri baru serta merangsang pemerataan ekonomi masyarakat.
“Selain itu peluang bagi pelaku usaha mikro kecil dan menengah atau UMKM untuk saling berjejaring melalui platform digital agar terlibat dalam rantai pasok global juga terbuka terutama dalam ekosistem digital nasional. Sehingga ekonomi digital mampu mereformasi struktur ekonomi dan industrialisasi yang berbasis ekonomi dan inovasi serta mendorong pertumbuhan ekonomi nasional,” jelasnya.
Pemanfaatan jejaring ekonomi digital bagi pelaku UMKM dapat dilakukan mulai dari dari aspek produk, produksi atau operasionalnya hingga pemasaran. Pada aspek produk digitalisasi dilakukan untuk menganalisis tren pasar dan interaksi dengan pelanggan untuk peningkatan pelayanan dan demand survey. Sementara pada tingkat operasional saluran e-commerce dapat membantu dalam strategi pengadaan dan peningkatan efisiensi serta resiliency. Digitalisasi UMKM pun dapat membantu pembukaan akses pasar, penentuan harga yang kompetitif hingga ke sistem pembayarannya.
“Tentunya hal ini membutuhkan minimum kompetensi literasi digital baik mengenai pemahaman tentang platform, pengolahan data, hingga pengetahuan dasar transaksi finansial secara online,” kata Wijaya Kusumawardhana.