Rabu 06 Dec 2023 14:54 WIB

Menko PMK: 38 Persen Tenaga Kerja Formal adalah Generasi Sandwich

Pekerja informal lebih mudah jatuh ke garis bawah kemiskinan.

Pekerja sedang menyelesaikan pembuatan mural di kolong jalan layang Tol Becakayu, Jakarta, Rabu (25/10/2023). Pekerja informal yang seringkali bekerja di lingkungan tidak aman, berisiko tinggi, berpenghasilan rendah. Sehingga tidak mampu membayar iuran jaminan sosial Ketenagakerjaan secara mandiri dan berkelanjutan.BPJS Ketenagakerjaan/ BP Jamsostek mengakomodasi pemberian perlindungan jaminan sosial ketenagakerjaan kepada pekerja rentan dalam program, Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan Kematian (JKM).
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Pekerja sedang menyelesaikan pembuatan mural di kolong jalan layang Tol Becakayu, Jakarta, Rabu (25/10/2023). Pekerja informal yang seringkali bekerja di lingkungan tidak aman, berisiko tinggi, berpenghasilan rendah. Sehingga tidak mampu membayar iuran jaminan sosial Ketenagakerjaan secara mandiri dan berkelanjutan.BPJS Ketenagakerjaan/ BP Jamsostek mengakomodasi pemberian perlindungan jaminan sosial ketenagakerjaan kepada pekerja rentan dalam program, Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan Kematian (JKM).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Pembangunan Masyarakat dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy, mengungkapkan bahwa sebanyak 38 persen tenaga kerja di sektor formal merupakan bagian dari generasi sandwich.

“Generasi sandwich ini merujuk pada individu yang orang tuanya tidak pernah berpengalaman bekerja di sektor formal,” kata Muhadjir dalam acara simposium “Dampak hilirisasi sumber daya alam (SDA) terhadap pembangunan sumber daya manusia (SDM)” di Jakarta, Rabu (6/12/2023).

Baca Juga

Menurut dia, konsekuensi dari kondisi itu adalah beban yang harus ditanggung oleh generasi tersebut dari dua arah, yaitu dari atas dan bawah, sebagaimana diibaratkan seperti sebuah sandwich.

“Mereka terjebak dalam situasi di mana mereka harus merawat orang tua dan juga menghadapi tanggung jawab terhadap anak-anak atau keluarga mereka sendiri,” ujarnya.

Muhadjir menyebutkan bahwa jika terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap generasi tersebut maka akan berpotensi menimbulkan kemiskinan secara massal.

Kondisi tersebut, kata dia, semakin diperparah jika mereka tidak memiliki keterampilan yang cukup baik, karena hal itu dapat mengakibatkan penurunan ekonomi yang signifikan ketika mereka kehilangan pekerjaan.

Fenomena generasi sandwich, menurut Muhadjir, menjadi salah satu penyebab fluktuasi angka kemiskinan yang terus berubah-ubah. Dia menilai bahwa permasalahan ini menjadi tantangan dalam pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) di Indonesia.

Muhadjir menekankan pentingnya perhatian, pengembangan keterampilan, dan pemberian pelatihan kepada generasi sandwich agar mereka mampu bersaing di pasar kerja, mengurangi risiko kemiskinan yang berlebihan, serta mendukung penguatan ekonomi negara.

“Perhatian terhadap kondisi tenaga kerja di Indonesia dan mengambil langkah-langkah konkret dapat memperkuat keterampilan dan stabilitas ekonomi bagi generasi sandwich dalam upaya mengatasi fluktuasi angka kemiskinan,” ujarnya.

sumber : ANTARA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement