REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga pemeringkat Moody's memberikan peringatan penurunan peringkat terhadap peringkat kredit China. Moody's mengatakan biaya untuk memberikan dana talangan (bailout) kepada pemerintah daerah dan perusahaan-perusahaan negara serta mengendalikan krisis properti akan membebani perekonomian China.
Dilansir Reutes, Rabu (6/12/2023) Moody's menurunkan outlook peringkat utang A1 Tiongkok menjadi negatif dari stabil. Pemangkasan outlook ini kurang dari sebulan setelah Moody's melakukan hal yang sama terhadap sisa peringkat triple-A Amerika Serikat dari lembaga pemeringkat kredit.
Secara historis, sekitar sepertiga emiten telah diturunkan peringkatnya dalam waktu 18 bulan sejak penetapan prospek peringkat negatif. Beijing kemungkinan perlu memberikan lebih banyak dukungan kepada pemerintah daerah dan perusahaan-perusahaan negara yang terlilit utang, yang menimbulkan risiko negatif yang luas terhadap kekuatan fiskal, ekonomi, dan kelembagaan China.
Moody's juga mengutip peningkatan risiko terkait dengan penurunan pertumbuhan ekonomi jangka menengah secara struktural dan terus-menerus serta perampingan sektor properti yang sedang berlangsung.
Kementerian Keuangan China menyebut keputusan Moody's tersebut mengecewakan. Kemenkeu China mengatakan perekonomian akan pulih dan krisis properti serta kekhawatiran utang pemerintah daerah dapat dikendalikan.
"Kekhawatiran Moody’s terhadap prospek pertumbuhan ekonomi China, keberlanjutan fiskal, dan aspek lainnya tidak diperlukan," kata Kemenkeu China.