REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebut penghimpunan dana di pasar modal masih tinggi. Khusus di pasar saham, sekitar 64 perusahaan berada dalam pipeline penawaran umum perdana atau Initial Public Offering (IPO) dengan nilai indikasi mencapai Rp 11,81 triliun per November 2023.
"Lima di antara 64 emiten baru ini memiliki nilai indikasi di atas Rp 500 miliar," kata Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif dan Bursa Karbon OJK Inarno Djajadi saat konferensi pers RDK Bulanan November 2023, Senin (4/12/2023).
Inarno menjelaskan, hingga November 2023, penggalangan dana di pasar modal mencapai Rp 230,59 triliun dengan 74 emiten baru. Penghimpunan dana ini telah memenuhi capaian target di 2023 yang dipatok sebesar Rp 200 triliun.
Penghimpunan dana di pasar modal berasal dari 71 IPO dengan total nilai mencapai Rp 52,99 triliun. Selain itu, terdapat 21 penawaran umum terbatas (PUT) atau rights issue sebesar Rp 50,99 triliun.
Penghimpunan dana juga berasal dari 11 penerbitan efek bersifat utang atau sukuk (EBUS) senilai Rp 10,47 triliun. Lalu, ada pula 94 penawaran umum bersama (PUB) EBUS tahap I, II, dan seterusnya sebesar Rp 116,14 triliun.
"Sementara itu, pipeline penawaran umum masih terdapat 96 dengan perkiraan nilai indikatif sebesar Rp 41,11 triliun yang di antaranya merupakan rencana IPO oleh emiten baru sebanyak 64 perusahaan," kata Inarno.
Inarno meyakini penghimpunan dana di pasar modal tetap tinggi meski Indonesia tengah memasuki tahun politik. Namun, OJK memasang target yang cukup konservatif untuk penghimpunan dana di pasar modal pada 2024 yakni sekitar Rp 175 triliun sampai Rp 200 triliun.