Senin 20 Nov 2023 15:25 WIB

Pemulihan Ekonomi Belum Merata, China Tahan Suku Bunga Acuan

China mempertahankan loan prime rate satu tahun sebesar 3,45 persen.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Friska Yolandha
Warga melintas di depan gedung kantor bank sentral China, Peoples Bank of China (PBoC)
Foto: AP Photo/Andy Wong
Warga melintas di depan gedung kantor bank sentral China, Peoples Bank of China (PBoC)

REPUBLIKA.CO.ID, SHANGHAI -- China memutuskan untuk mempertahankan suku bunga pinjaman acuan pada Senin (20//11/2023). Dikutip dari Reuters, Senin (20/11/2023), People's Bank of China (PBOC) mempertahankan loan prime rate (LPR) satu tahun sebesar 3,45 persen dan LPR lima tahun juga tidak berubah sebesar 4,20 persen. 

Keputusan PBOC disebut sesuai ekspektasi. Hal itu karena karena pelemahan yuan terus membatasi pelonggaran moneter lebih lanjut dan pembuat kebijakan menunggu untuk melihat dampak stimulus sebelumnya terhadap permintaan kredit.

Baca Juga

Berdasarkan data terbaru, pemulihan di negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia tersebut masih tidak merata. Hasil industri dan penjualan ritel meningkat secara mengejutkan, namun deflasi semakin cepat dan hanya sedikit tanda pasar properti yang sedang mengalami kesulitan akan bangkit kembali dalam waktu dekat.

Meskipun perekonomian masih memerlukan lebih banyak stimulus kebijakan, peningkatan pelonggaran moneter akan menambah tekanan penurunan yang tidak diinginkan pada mata uang China. Sebagian besar pinjaman baru dan terutang di China didasarkan pada LPR satu tahun, sedangkan suku bunga lima tahun mempengaruhi harga hipotek.

Dalam jajak pendapat terhadap 26 pengamat pasar yang dilakukan pada pekan lalu, semua peserta memperkirakan tidak ada perubahan pada LPR satu tahun atau lima tahun. Penetapan harga yang stabil terjadi setelah bank sentral mempertahankan tingkat likuiditas antar bank jangka menengah tidak berubah pada pekan lalu. 

PBOC menyuntikkan pinjaman MLF satu tahun senilai 1,45 triliun yuan ke dalam sistem perbankan pada pekan lalu. Peningkatan likuiditas menghasilkan suntikan dana tunai sebesar 600 miliar yuan ke dalam sistem perbankan, peningkatan bulanan terbesar sejak Desember 2016.

“Para pembuat kebijakan mungkin memerlukan lebih banyak waktu untuk memahami dampak dari penyesuaian harga baru-baru ini terhadap kontrak hipotek yang ada sebelum mereka melakukan perubahan lebih lanjut terhadap suku bunga acuan,” kata  Kepala Ekonomi China Capital Economics Julian Evans-Pritchard. 

Evans menilai terdapat gambaran besar dengan melemahnya momentum ekonomi. Dia memproyeksikan penurunan suku bunga akan terjadi dalam waktu dekat sebesar 20 basis poin. 

Yuan telah memulihkan sebagian kerugiannya sepanjang tahun ini setelah kehilangan lebih dari enam persen terhadap dolar AS pada September 2023. China masih menjadi bank sentral yang berbeda di antara bank-bank sentral global karena telah melonggarkan kebijakan moneternya untuk menopang pemulihan yang melemah. 

Hanya saja, penurunan suku bunga lebih lanjut akan memperlebar kesenjangan imbal hasil dengan Amerika Serikat sehingga berisiko terhadap depresiasi yuan dan arus keluar modal. LPR, yang biasanya dibebankan oleh bank kepada klien terbaiknya, ditetapkan oleh 18 bank komersial yang ditunjuk yang mengajukan usulan suku bunga ke bank sentral setiap bulan.

 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement