REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Center of Economic and Law Studies (Celios) menilai saat ini UMKM memiliki berbagai tantangan, salah satunya mahalnya biaya logistik terutama bahan baku sampai pengiriman kepada konsumen. Hal ini memicu rendahnya daya saing UMKM Indonesia dibandingkan negara Asia Tenggara.
Direktur Celios Bhima Yudhistira mengatakan UMKM perlu mendapatkan dukungan khususnya dalam mendapatkan bahan baku yang lebih rendah harganya serta berkualitas, itu merupakan salah satu tantangan.
“Biaya logistik mahal terutama bahan baku sampai pengiriman konsumen akhir, itu membuat daya saing UMKM masih rendah,” ujarnya ketika dihubungi Republika, Ahad (19/11/2023).
Masalah UMKM lainnya, menurut Bhima, mengenai manajemen terhadap tenaga kerja. Saat ini sebagian besar UMKM dikelola oleh keluarga dan mayoritas pemilik bisnis atau UMKM berusia di atas 40 tahun, sehingga menimbulkan gap terhadap teknologi.
“Skill terhadap diperlukan bisa memproduksi barang yang lebih berkualitas, pemasaran juga, pembukuan juga ini yang menjadi tantangan, ada generasi gap dan juga skill gap yang ada di dalam UMKM,” ucapnya.
Kemudian, Bhima juga menyoroti mengenai pengadaan barang terhadap pemerintah dan BUMN. Meskipun targetnya 40 persen, kata Bhima, target realita barang pengadaan pemerintah berasal dari UMKM produk lokal masih tertinggal jauh.
“Ini perlu pendampingan, syarat yang belum dipenuhi dan menjadi salah satu hambatan tantangan misal sertifikasi, beberapa sertifikasi sudah gratis tapi bagi UMKM berorientasi pada ekspor sertifikasinya cukup banyak dan ini menjadi beban biaya yang mahal, yang semestinya dibantu oleh pemerintah,” ucapnya.