Sabtu 18 Nov 2023 00:22 WIB

Ini Tips Supaya UMKM Mampu Bersaing di Pasar Bebas 

Pemerintah perlu mendorong legalitas dan sertifikasi usaha yang pasti.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Friska Yolandha
Pengunjung memilah merchandise Piala Dunia U17 di Surabaya Kriya Gallery di Surabaya, Jakarta, Ahad (12/11/2023). Produk mechandise Piala Dunia U17 seperti gelas, gantungan kunci, stiker, boneka hingga baju merupakan produk dari UMKM Surabaya yang dijual dibeberapa gerai salah satunya di SKG, Galaxy Mall, Tunjungan Plaza, Terminal Intermoda Joyoboyo. Merchandise tersebut dijual dengan harga beragam mulai dari Rp5 rb hingga Rp150 ribu.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Pengunjung memilah merchandise Piala Dunia U17 di Surabaya Kriya Gallery di Surabaya, Jakarta, Ahad (12/11/2023). Produk mechandise Piala Dunia U17 seperti gelas, gantungan kunci, stiker, boneka hingga baju merupakan produk dari UMKM Surabaya yang dijual dibeberapa gerai salah satunya di SKG, Galaxy Mall, Tunjungan Plaza, Terminal Intermoda Joyoboyo. Merchandise tersebut dijual dengan harga beragam mulai dari Rp5 rb hingga Rp150 ribu.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah tengah fokus untuk membuat pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah mampu bersaing di pasar bebas agar nantinya dapat naik kelas dan memberbesar skala usahanya. Namun, ada satu hal yang dinilai seringkali terlupakan oleh pelaku UMKM sehingga mereka sulit bersaing. 

Sekretaris Deputi Bidang Usaha Mikro KemenKopUKM Aufride Herni Novieta, mengatakan, untuk menjadikan UMKM berdaya saing, pemerintah terus berupaya mendorong mereka memenuhi aspek legalitas usaha. 

Baca Juga

Sebab, dengan adanya legalisasi akan ada kemudahan mendapatkan pangsa pasar, pembiayaan hingga optimalisasi teknologi digital.

"Kita perlu mendorong legalitas dan sertifikasi usaha yang pasti. Kita juga harap bisa masuk ke ekosistem dari hulu ke hilir. Kedepan usaha mikro di 2024 sudah bertransformasi secara formal dan terhubung dengan segala aspek itu," kata Novita dalam diskusi dengan media di Jakarta, Jumat (17/11/2023). 

Ia menjelaskan, untuk memastikan pelaku usaha Mikro naik kelas, Novieta berharap sinergi dan kerjasama dengan multi pihak. Sebab diakui KemenkopUKM tidak bisa bekerja sendiri untuk menjadikan UMKM khususnya pelaku usaha mikro naik kelas.

"Ini tidak bisa lepas dari upaya kita bersama dari pemerintah, swasta, perguruan tinggi, masyarakat hingga media," katanya.

Di saat yang sama, Direktur Smesco Indonesia Leonard Theosabrata menegaskan, di masa yang akan datang seharusnya bukan lagi membesarkan ekonomi mikro, justru memperbesar struktur ekonomi besar yang saat ini hanya persen.

“Hal ini (peluas ekonomi besar) dianggap tidak populer. Padahal, kalau ekonomi mikronya semakin besar malah menciptakan ekonomi yang hanya subsisten (hanya mencukupi kebutuhan sehari-hari),” katanya.

Oleh karena itu, kata Leo, ekonomi ultra mikro ini yang harus di agregasi oleh ekonomi besar agar merasakan multiplier effect-nya. 

“Future SME itu harus bentuknya dalam ekosistem, bukan lagi bicara secara individu. Tetapi bagaimana upaya kolektif menciptakan ekosistem ekonomi menjadi berdaya,” tegasnya.

Leo menambahkan, pada tahun 2045 mendatang juga harus menciptakan adanya trend setter yang menumbuhkan industri turunan dari gerakan hasil kreasi. Selain itu, UMKM yang fokus di bidang SDGs seperti agrobase juga menjadi industri yang terus tumbuh di masa depan.

Namun realitasnya, segmen di industri tersebut masih sulit dari sisi investment. 

“Saat ini, tidak tidak perlu lagi bicara bagaimana UMKM di masa depan, tetapi action yang lebih penting. Jujur saya masih cemas bagaimana bonus demografi nanti jumlahnya tak main-main, namun hanya menyediakan lapangan kerja yang subsisten,” ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement