REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Rekayasa Industri (Rekind), bagian dari BUMN PT Pupuk Indonesia (Persero), siap untuk mendukung target nol emisi karbon (NZE) nasional melalui keterlibatan aktif dalam proyek-proyek rancang bangun dan kerekayasaan yang berkelanjutan.
"Saya ingin menyampaikan bahwa rekayasa industri ataupun dunia engineering, procurement, and construction (EPC) yang ada di Indonesia, kami siap untuk terlibat aktif dalam proses mencapai tujuan net zero emissions (NZE)," kata SVP Power, Mineral Fertilizer & Overseas Commercial Rekind Mohamad Agung dalam diskusi publik yang diadakan secara virtual di Jakarta, Selasa (15/11/2023).
Agung mengatakan, Rekind memiliki peran penting dalam pembangunan sektor industri energi terbarukan di Indonesia. Hal tersebut ditunjukkan dari pencapaian Rekind yang telah membangun 60 persen proyek pembangkit listrik tenaga panas bumi di Indonesia, salah satunya termasuk PLTP Wayang Windu di Pangalengan, Jawa Barat, dengan total kapasitas terpasang sebesar 227 MW.
Rekind juga dinilai mampu menjadi akselerator untuk program NZE di Indonesia. Terutama ditinjau dari pengalaman perusahaan EPC itu dalam membangun pabrik amonia di berbagai lokasi di Indonesia. Menurut dia, saat ini Rekind tengah mengarah pada rancang bangun pengembangan pabrik amonia hijau (green ammonia).
"Ini (green ammonia) tidak melibatkan karbon. Kalau grey ammonia itu masih melibatkan karbon dalam prosesnya. Kalau green ammonia, karbon tidak terlibat baik itu menggunakan PLTP, PLTA, ataupun tenaga surya," kata Agung.
Sementara itu, Senior Project Manager Green Energy, Blue & Green Ammonia PT Pupuk Indonesia Rozikin Busro mengatakan bahwa EPC memiliki peran penting dalam pengembangan teknologi hidrogen dan amonia bersih mulai dari sisi hulu, produksi, hingga hilir.
"Dari sisi produksi, misalnya, ke depan peranan EPC sangat penting untuk bagaimana bisa mengimplementasikan atau mewujudkan membangun elektrolisis yang andal dan tepat guna, serta mempunyai efisiensi yang tinggi," kata Rozikin.
Agung menambahkan, peran perusahaan EPC yang andal dibutuhkan dalam rangka memajukan industri di Indonesia dan mencapai tujuan NZE pada 2060. Keandalan tersebut, menurut dia, bukan hanya ditinjau dari aspek teknik (engineering) melainkan juga dari aspek seluruh proses bisnis EPC.
Yang tak kalah penting, lanjut dia, diperlukan keterlibatan sumber daya manusia yang ahli dalam industri EPC. Dengan begitu, industri EPC dapat memberikan manfaat multiplier dari sisi sosial, ekonomi, bahkan transfer pengetahuan dan teknologi.