REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengembangan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dinilai salah satu cara mengentaskan kemiskinan. Maka, PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) berupaya meningkatkan kontribusi UMKM terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
“Untuk itu peran masyarakat, termasuk pelaku usaha ultra mikro agar terus semakin berdaya. Mengambil peran meningkatkan social value di dalam negeri,” ujar Direktur Bisnis Mikro BRI Supari dalam keterangan resmi yang dikirimkan Kementerian Koperasi dan UKM (Kemenkop), Selasa (14/11/2023).
Ia mengatakan, berbicara 10 tahun yang akan datang, sekitar 2035, penduduk Indonesia diproyeksi mencapai 365 juta, sekitar 50 persennya merupakan perempuan. Sementara postur UMKM juga bertambah, jika sekarang sebanyak 64 juta UMKM, maka diperkirakan bertambah menjadi 83 juta.
“Namun posturnya tidak berubah, tetap didominasi oleh ultra mikro yang melakukan usahanya demi mencukupi kehidupan sehari-hari. Maka, jika dua postur tersebut yakni dominasi perempuan dan ultra mikro tidak diatasi dengan membentuk peta jalan model pemberdayaan, maka menjadi rentan dan berpotensi menjadi beban di masa akan datang,” jelas Supari.
Kemenkop pun mengapresiasi langkah BRI yang merilis indeks digitalisasi Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Perilisan itu melalui Lembaga Riset BRI (BRIRINS) yang akan menjadi tolak ukur pengembangan UMKM di Tanah Air.
Staf Khusus Menteri Koperasi Bidang Pemberdayaan Ekonomi Kreatif Kemenkop Fiki Satari mengatakan, publikasi hasil penelitian Indeks Digitalisasi UMKM dan pembukaan Program Pemberdayaan Akselerasi Digital bagi Pelaku Usaha Perempuan merupakan dua langkah penting ke depan. Itu sebagai upaya mendukung dan memberdayakan UMKM di Indonesia.
Hasil temuan riset survei BRI dan BRI Research Institute pada kuartal I 2023 menunjukkan, debitur yang sudah melakukan penjualan secara online sebanyak 56,3 persen menyatakan volume penjualannya meningkat. Lalu sebanyak 52 persen menyatakan omzet usahanya meningkat. Sementara sebesar 51,6 persen menyatakan keuntungan usaha meningkat.
Dikatakan, Indonesia memiliki potensi ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara. Valuasi potensialnya mencapai Rp 5.400 triliun pada 2030 dengan jumlah 212 juta pengguna internet menjadikan Indonesia sebagai target pasar yang besar dan luas.
Meski begitu, lanskap digital Indonesia saat ini sebagian besar berfokus pada konsumsi dan pembelian. “Untuk mengatasi hal ini, kita harus meningkatkan kemampuan digital dalam produksi, dan mendukung UMKM kita untuk menjadi pemain kunci di pasar domestik,” kata Fiki.