Jumat 03 Nov 2023 10:02 WIB

Belum Ada Tanda Gencatan Senjata di Palestina, KSSK Ungkap Pengaruhnya ke Indonesia

Laju inflasi terkendali kembali ke sasaran tiga plus minus satu persen pada tahun ini

Rep: Novita Intan/ Red: Lida Puspaningtyas
Komite Stabilitas Sistem Keuangan mengadakan konferensi pers di Gedunh Bank Indonesia, Jakarta, Jumat (3/11/2023).
Foto:

Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) juga menyatakan kondisi ekonomi Indonesia masih terkendali di tengah situasi perekonomian global yang semakin dipenuhi ketidakpastian. Hal ini tercermin dari kinerja APBN per kuartal III terjaga positif baik dari instrumen fiskal, posisi surplus dari Rp 67,7 triliun.

Ketua KSSK ini mengatakan kinerja perekonomian kuartal III 2023 masih tumbuh positif meskipun tren pelemahan seiring harga komoditas dan perlambatan ekonomi.

“Stabilitas sistem keuangan atau KSSK kuartal III 2023 tetap terjaga di tengah meningkatnya ketidakpastian perekonomian dan pasar keuangan global,” ujar Sri.

Kendati demikian, ia mewaspadai dan mengantisipasi kinerja belanja negara agar mampu terjaga secara baik untuk mendukung berbagai agenda pembangunan dan daya beli masyarakat.

"KSSK berkomtmen terus melanjutkan penguatan koordinasi dan sinergi serta meningkatnya kewaspadaan terhadap perkembangan dari risk global ke depan termasuk rambatan pada perekonomian dari sektor keuangan domestik," ucapnya.

Sri Mulyani menjelaskan saat ini pertumbuhan ekonomi global melambat dengan adanya ketidakpastian yang meningkat tinggi, juga disertai divergensi atau perbedaan pertumbuhan antar negara yang semakin melebar.

Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan ekonomi global sebesar tiga persen, sementara 2024 melemah ke 2,9 persen. Hal ini dipengaruhi oleh perkembangan beberapa negara maju seperti ekonomi Amerika Serikat diperkirakan masih tumbuh menguat ditopang oleh konsumsi dan sektor jasa dan Eropa masih berat pulih dan China alami perlambatan yang lebih buruk dari yang diperkirakan.

"Perekonomian Tiongkok menunjukkan perlambatan dipengaruhi pelemahan konsumsi dan krisis sektor properti," ucapnya.

Kemudian inflasi AS juga dimungkinkan masih tinggi, sehingga peluang kenaikan suku bunga acuan oleh Bank Sentral Federal Reserve makin terbuka. Adapun situasi ini akan terjadi juga di banyak negara maju lainnya.

"Untuk mengendalikan inflasi suku bunga kebijakan moneter di negara-negara maju termasuk fed fund rate diperkirakan masih tetap berada pada level yang tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama," ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement