Rabu 01 Nov 2023 06:09 WIB

Kemenkomarves Angkat Produsen Lokal dalam Transisi Kendaraan Listrik

Kemenkomarves akan mengembangkan kerangka kerja yang terintegrasi secara hulu hilir.

Sejumlah kendaraan terjebak kemacetan di kawasan Pancoran, Jakarta, Senin (21/8/2023). Penerapan kebijakan Work From Home bagi Aparatur Sipil Negara dinilai belum berpengaruh karena masih terjadinya kemacetan di ruas jalan protokol Ibu Kota dan polusi udara yang masih dalam kategori tidak sehat berdasarkan situa IQAir.
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Sejumlah kendaraan terjebak kemacetan di kawasan Pancoran, Jakarta, Senin (21/8/2023). Penerapan kebijakan Work From Home bagi Aparatur Sipil Negara dinilai belum berpengaruh karena masih terjadinya kemacetan di ruas jalan protokol Ibu Kota dan polusi udara yang masih dalam kategori tidak sehat berdasarkan situa IQAir.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi mengangkat peran serta produsen dan manufaktur lokal dalam rangka menggalakkan transisi kendaraan dari yang berbahan bakar fosil menjadi listrik guna mengurangi emisi karbon di Indonesia.

“Industri lokal di sini terkait kendaraan listrik perlu terus didorong, jadi, kita menciptakan peluang baru juga,” ujar Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Lingkungan dan Kehutanan Kemenkomarves Nani Hendiarti di Jakarta, Selasa (31/10/2023).

Baca Juga

Nani menjelaskan bahwa dalam rangka mengawal program dekarbonisasi, khususnya pada sistem transportasi untuk menggunakan sumber energi bersih dan terbarukan, Kemenkomarves berupaya untuk membangun ekosistem yang mendukung.

Guna membangun ekosistem tersebut, terdapat tiga faktor yang dikoordinasikan, yaitu upaya percepatan penggunaan energi terbarukan, mendorong produksi dan manufaktur lokal, serta mendorong peningkatan adopsi kendaraan listrik.

“Ini melalui pembentukan kebijakan yang mendukung,” ucap Nani.

Ia menjelaskan bahwa dengan ketiga faktor tersebut, Kemenkomarves akan terus mengembangkan kerangka kerja yang terintegrasi secara hulu dan hilir dalam kebijakan industri untuk menciptakan ekosistem kendaraan listrik yang andal dan kompetitif.

Nani juga menyoroti mobilisasi kendaraan berbahan bakal fosil yang berkontribusi dalam peningkatan emisi karbon pada kota-kota besar, khususnya Jakarta. Hal tersebut, kata dia, berdasarkan pada alat ukur indikator angka partikel halus (particulate matter/PM) 2.5.

Pada akhir pekan lalu, ujar Nani, dia melihat ada beberapa lokasi dengan indikator alat ukur yang menunjukkan warna kuning, yang menandakan bahwa kualitas udara di wilayah tersebut kurang sehat.

“Lalu, kami tanya di situ ada apa, ternyata mobilisasinya sangat tinggi. Jadi, mobilisasi kendaraan dengan situasi yang sekarang ini masih cukup memberikan kontribusi pada emisi,” kata Nani menjelaskan.

Oleh karena itu, perubahan kendaraan dari berbahan bakar fosil menjadi kendaraan listrik dinilai dapat mempercepat penurunan emisi karbon yang diakibatkan oleh mobilisasi kendaraan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement