REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Research Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani menilai kinerja PT Aneka Tambang Tbk tumbuh cukup baik hingga akhir 2023. Hal ini didorong prospek dan sentimen terkait nikel cukup baik.
"Akibatnya pertumbuhan produksi dan permintaan kendaraan listrik yang makin pesat berdampak positif ke emiten seperti ANTM dan yang bergerak bidang tersebut," ujarnya dalam riset Analyst Infovesta Kapital Advisori, Senin (23/10/2023).
Selain itu, Arjun menilai dari sisi fundamental Antam juga cukup kuat dengan pertumbuhan laba yang konsisten. "Selain laba yang konsisten, valuasi Antam yang cukup menarik. Berdasarkan rasio PER & PBV emiten tersebut undervalued dibandingkan rata-rata emiten sejenis yakni emiten barang baku (ANTM berada sektor tersebut)," ucapnya.
Dari sisi teknikal, Arjun menyebut Antam menarik dengan MACD signal yang berpotensi membentuk golden cross dalam waktu singkat serta indikator Stochastic yang berada area yang oversold yang menuju ke area overbought.
"Saya merekomendasi buy ANTM dengan TP Rp 2.050," pungkas Arjun.
Sementara itu, Senior Equity Analyst PT Jasa Utama Capital Sekuritas, Samuel Glenn Tanuwidjaa menambahkan kinerja emiten BUMN sektor tambang tersebut cukup stabil. Pendapatan ANTM tetap stabil dengan rata-rata pertumbuhan 15 persen secara tahunan.
Namun di bawah rata-rata pertumbuhan lima tahun sebelumnya (periode yang sama), didukung oleh kenaikan harga jual emas rata-rata. "Selain itu, sisi operasional, penjualan volume logam emas naik ke 13.508 kg atau tumbuh 0,3 persen. Saya melihat juga kenaikan laba usaha dan laba bersih ANTM naik 59 persen dan 24 persen," ucapnya.
Menurut Jasa Utama Capital Sekuritas, hal ini juga melebihi rata-rata kenaikan selama lima tahun terakhir, didukung oleh penurunan beban umum dan administrasi sebanyak 30,4 persen dan penurunan beban penjualan sebanyak tiga persen. Selain itu pihaknya juga melihat adanya peningkatan net profit margin ANTM pada semester I 2023, sebanyak 0,4 persen ke level 8,7 persen dibanding rata-rata sepanjang 2022 sebesar 8,3 persen.
"Mengingat 62 persen pendapatan ANTM berasal dari penjualan emas, saya melihat pendapatan dari segmen emas akan tetap meningkat," ucapnya.
Adapun faktornya, antara lain, kondisi ekonomi di China yang di kabarkan menurun, dengan kinerja PMI manufaktur, kinerja retail, dan properti sales, serta kinerja ekspor dan impor yang menurun selama beberapa kuartal pada 2023 turut meningkatkan demand investors emas sebagai safe haven Instrument.
Selain itu, economy outlook yang volatile karena peningkatan harga minyak wti dan brent yang naik ke level tertinggi semenjak Maret 2022 juga dinilai dapat membebankan transportation costs pada emiten-emiten domestik dan internasional.
Hal tersebut meningkatkan kekhawatiran investor akan penurunan kinerja marjin profitabilitas emiten-emiten dan mengubah nilai valuasi harga saham emiten-emiten menjadi lebih rendah, khususnya sektor manufaktur, perhotelan dan restoran, retail consumer goods dan pertambangan.