REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- BUMN Holding Industri Pertambangan MIND ID atau Mining Industry Indonesia mengemban amanah sebagai induk perusahaan pertambangan milik negara untuk memaksimalkan hilirisasi industri pertambangan Indonesia. Melalui sepak terjang anggota perusahaannya, MIND ID menjadi yang terdepan dalam melakukan upaya hilirisasi industri pertambangan.
Direktur Utama MIND ID, Hendi Prio Santoso mengatakan hilirisasi merupakan salah satu dari tiga mandat yang diberikan pemerintah kepada BUMN Holding MIND ID meliputi pengelolaan cadangan dan sumber daya strategis, hilirisasi, dan memiliki kepemimpinan pasar yang terwujud melalui optimalisasi komoditas mineral dan ekspansi bisnis.
“Adanya hilirisasi industri pertambangan ini dapat memperkuat struktur industri hingga memberikan nilai lebih untuk Indonesia. Dengan adanya hilirisasi juga MIND ID mampu menyediakan lapangan pekerjaan,” kata Hendi Prio Santoso di Jakarta.
Komitmen MIND ID terhadap hilirisasi merupakan langkah konkret dalam mewujudkan visi “Indonesia Maju” sesuai dengan arahan Menteri BUMN, Erick Thohir, selama empat tahun kepemimpinannya. Hilirisasi adalah strategi penting dalam pengembangan industri dan ekonomi Indonesia, yang bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah produk dalam negeri, menciptakan lapangan kerja, dan mengurangi ketergantungan pada impor.
“MIND ID, sebagai perusahaan BUMN yang berperan dalam sektor pertambangan, memiliki tanggung jawab dan komitmen yang kuat dalam mendukung pertumbuhan ekonomi dan kemajuan bangsa. Dengan fokus pada hilirisasi, kami berupaya mengembangkan industri-industri turunan yang akan memberikan manfaat jangka panjang bagi negara dan masyarakat Indonesia,” ujar Hendi.
Melalui anggota perusahaannya, meliputi PT Antam Tbk, PT Bukit Asam Tbk, PT Freeport Indonesia, PT Inalum, dan PT Timah Tbk, MIND ID terus berupaya melakukan hilirisasi industri pertambangan dengan tujuan memberikan nilai lebih untuk Indonesia di sektor pemanfaatan minerba.
Di antaranya, pembangunan proyek Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) di Mempawah, Kalimantan Barat. Proyek SGAR ini dimiliki oleh cucu perusahaan MIND ID, PT Borneo Alumina Indonesia (BAI) dengan proses pengerjaan oleh Konsorsium China Aluminium International Engineering Co Ltd, (Chalieco) bersama dengan PT PP.
Pabrik peleburan alumina tersebut dimaksudkan melengkapi rantai pasok antara mineral bijih bauksit di Kalimantan Barat dengan pabrik peleburan aluminium milik PT Inalum. SGAR memiliki kapasitas produksi 1 juta ton alumina per tahun dengan estimasi bahan baku bauksit sebanyak 3,3 juta ton per tahun. Proyek dengan dana sebesar 831 juta dolar AS tersebut akan mulai beroperasi pada 2025 nanti.
“Ini menjadi keuntungan bagi Indonesia di mana dengan adanya SGAR ini kita tidak usah mengirim dulu bijih bauksit ke luar negeri untuk dijadikan alumina sebagai bahan baku pembuatan aluminium,” ucap Hendi.
Inalum pun pun berhasil meningkatkan kapasitas produksi aluminium melalui anak perusahaannya, Indonesia Aluminium Alloy (IAA) yang kini sudah melakukan soft commissioning memastikan mesin-mesinnya siap beroperasi dalam mendaur ulang aluminium.
Masih dalam narasi mendorong hilirisasi industri pertambangan, MIND ID melalui PT Antam berhasil membangun smelter feronikel berkapasitas 13.500 ton nikel dalam feronikel (TNi) di Halmahera Timur, Maluku Utara. Proses pengerjaan proyek tersebut sudah mencapai 98 persen dan diharapkan bakal beroperasi pada akhir 2023. Saat smelter feronikel Haltim sudah resmi beroperasi, maka akan bisa menambah portofolio total kapasitas produksi terpasang feronikel tahunan PT Antam menjadi 40.500 TNI.
Selanjutnya, anggota grup MIND ID, PT Timah Tbk., telah membangun smelter Top Sumberge Lance (TSL) Ausmelt Furnace di Kawasan Unit Metalurgi Muntok, Kabupaten Bangka Barat. Dengan beroperasinya smelter TSL Ausmelt Furnace tersebut, dapat mendorong percepatan hilirisasi dalam negeri untuk konteks ketersediaan mineral timah sebagai komoditas pertambangan.
TSL Ausmelt Furnace merupakan salah satu bentuk transformasi dan inovasi teknologi pengolahan timah kadar rendah. Sebelumnya, PT Timah Tbk., tidak menggunakan Reverberatory Furnace sebagai teknologi pengolahan.
Total investasi yang digelontorkan PT Timah Tbk., untuk proyek TSL Ausmelt Furnace ini mencapat Rp1,2 triliun yang berasal dari dana anggaran capital expenditure (capex) perusahaan. Kehadiran TSL Ausmelt Furnace menjawab tantangan yang dihadapi industri pertambangan timah kini, di mana ketersediaan bijih timah dengan kadar tinggi atau di atas 70 persen Sn sudah sangat terbatas.
Teknologi TSL Ausmelt Furnace sendiri mampu mengolah konsentrat bijih timah dengan kadar mulai dari 40 Sn, dengan kapasitas produksi 40.000 ton crude tin per tahun ata 35.000 metrik ton ingot per tahun. Sistem kerja TSL Ausmelt Furnace sendiri mengandalkan proses otomasi dengan sistme kontrol sehingga mampu mengurangi dampak risiko kecelakaan kerja dan juga efektifitas kerja dengan teknologi pengolahan timah lebih modern.
Masih dalam rangka mendorong hilirisasi, MIND ID melalui anak perusahaannya, PT Freeport Indonesia membangun smelter Manyar sebagai upaya hilirisasi tembaga. Smelter Manyar akan menjadi pabrik pemurnian dan pengolahan konsentrat tembaga kedua milik PTFI yang dibangun di Kawasan Java Integrated Industrial Estate (JIIPE), Gresik, Jawa Timur dengan total lahan mencapai 100 hektar.
Smelter Manyar ini dirancang memiliki kapasitas pengolahan konsentrat tembaga sebesar 2 juta ton per tahun dan menjadikan smelter ini menjadi pabrik peleburan tembaga terbesar di dunia. Sebagai informasi, pembangunan fasilitas pemurnian alias smelter tembaga di Gresik dimulai pada 2021 lalu dan ditargetkan rampung tahun depan. Teranyar, progres pembangunan smelter tembaga di Gresik ini sudah mencapai 76 persen.
Setelah beroperasi nanti, smelter Freeport ini diproyeksi mampu menghasilkan 600.000 ton tembaga per tahun. Selain itu, smelter ini juga akan menghasilkan 50 ton emas dan 210 ton perak per tahun.
“Selain itu, keseriusan grup MIND ID dalam mendorong upaya hilirisasi pun tergambar dari hadirnya PT Industri Baterai Indonesia (IBC) dalam mengembangkan bisnis baterai kendaraan listrik atau electric vehicle (EV). IBC pun sukses meluncurkan Battery Asset Management Services (BAMS) yang menjadi tanda pengembangan hilirisasi komoditas minerba khususnya aluminium dan nikel,” kata Hendi.
Hendi mengatakan, MIND ID pun mendorong pengembangan energi bersih di samping menggarap hilirisasi industri pertambangan di Indonesia. MIND ID tengah serius mewujudkan target ambisius pemerintah yang ingin mencapai nol emisi karbon atau net zero emission (NZE) pada 2060 mendatang.
“Untuk mendukung pengembangan teknologi bersih dan ramah lingkungan, dibutuhkan produk hasil tambang seperti komoditas nikel, tembaga, bauksit, aluminium, dan timah yang dihasilkan MIND ID sangat berperan dalam mendukung pencapaian Indonesia dalam narasi NZE 2060,” katanya.