REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan, inflasi inti Indonesia sebesar 0,12 persen (mtm) atau 2,00 persen (yoy) pada September 2023 berada di peringkat ketujuh terendah dari 83 negara berdasarkan catatan Trading Economics.
Secara tahunan, inflasi inti masih terjaga stabil dalam rentang target 3 persen plus minus 1 yang mengindikasikan daya beli masyarakat masih baik.
“Pencapaian ini tidak terlepas dari koordinasi dan sinergi yang kuat berbagai pihak melalui TPIP-TPID dalam mengendalikan gejolak harga di tengah berbagai tantangan,” kata Menko Airlangga dalam keterangannya di Jakarta, Selasa (3/10/2023).
Inflasi Indonesia secara keseluruhan pada Septermber 2023 tetap terkendali di rentang sasaran 3 persen plus minus 1 yaitu pada level 2,28 persen secara tahunan (yoy).
Realisasi inflasi tersebut merupakan yang terendah sejak Februari 2022. Selain itu, capaian tersebut juga lebih baik dibandingkan realisasi inflasi sejumlah negara seperti Jepang 3,2 persen (yoy), Korea Selatan 3,4 persen (yoy), Vietnam 3,66 persen (yoy), AS 3,7 persen (yoy), Euro Area 4,3 persen (yoy), Jerman 4,5 persen (yoy), Brazil 4,61 persen (yoy), Rusia 5,2 persen (yoy), Inggris 6,7 persen (yoy), India 6,83 persen (yoy), Turki 58,94 persen (yoy) dan Argentina 124 persen (yoy).
Menko Airlangga menjelaskan, perkembangan inflasi pada September 2023 dipengaruhi oleh pergerakan seluruh komponen inflasi. Di tengah tantangan kenaikan harga beras, inflasi volatile food (VF) masih terkendali di level 3,62 persen (yoy) dan sesuai dengan rentang sasarannya yang disepakati dalam High Level Meeting Tim Pengendalian Inflasi Pusat (HLM TPIP) pada 20 Februari 2023 yakni kisaran 3-5 persen (yoy).
“Pencapaian realisasi inflasi September 2023 didukung oleh inflasi volatile food (VF) yang terkendali, inflasi administered prices (AP) yang terus melandai dan inflasi core/inti yang terjaga stabil. Inflasi Indonesia relatif terkendali di tengah gejolak harga sejumlah komoditas pangan dan energi global serta adanya ancaman El Nino,” kata Airlangga.
Pemerintah terus berupaya menjaga ketersediaan pasokan pangan di antaranya melalui penguatan cadangan pangan pemerintah khususnya beras. Penyaluran beras medium melalui program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) terus dilaksanakan.
Lebih lanjut, katanya, dalam rangka menjaga daya beli masyarakat miskin dan rentan, bantuan pangan beras kembali disalurkan kepada 21,3 juta KPM. Realisasi sampai dengan 1 Oktober 2023 yakni sebesar 98,37 persen dari total alokasi bulan September.
Kemudian, Airlangga menyampaikan komponen administered prices mengalami inflasi sebesar 0,23 perseon (mtm) atau 1,99 persen (yoy). Rendahnya inflasi AP secara tahunan terjadi seiring hilangnya base year effect pada September 2022 yang mengalami peningkatan signifikan akibat penyesuaian harga BBM.
“Ke depan, kita akan terus mewaspadai dan memonitor fenomena-fenomena domestik maupun global yang dapat berdampak terhadap inflasi. Di tengah berbagai tantangan yang dihadapi saat ini, komitmen dan sinergi bersama seluruh pihak baik Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan Bank Indonesia akan terus diperkuat guna menjaga inflasi tetap stabil dan terkendali,” kata Airlangga.