Jumat 29 Sep 2023 07:42 WIB

Harga Emas Melorot Tertekan Ekspektasi Kenaikan Suku Bunga AS

Harga emas merosot mendekati level terendah dalam tujuh bulan.

Karyawan menunjukan emas batangan.
Foto: GALIH PRADIPTA/ANTARA
Karyawan menunjukan emas batangan.

REPUBLIKA.CO.ID, CHICAGO -- Harga emas merosot mendekati level terendah dalam tujuh bulan pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), memperpanjang kerugian untuk sesi keempat berturut-turut, karena imbal hasil obligasi pemerintah AS terus melonjak di tengah ekspektasi pasar bahwa suku bunga AS tetap tinggi untuk waktu lebih lama.

Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Desember di divisi Comex New York Exchange, tergelincir 12,30 dolar AS atau 0,65 persen menjadi ditutup pada 1.878,60 dolar AS per ounce, setelah diperdagangkan menyentuh tertinggi sesi di 1.896,80 dolar AS dan terendah di 1.874,50 dolar AS.

Baca Juga

Emas berjangka anjlok 28,90 dolar AS atau 1,51 persen menjadi 1.890,90 dolar AS pada Rabu (27/9/2023), setelah jatuh 16,80 dolar AS atau 0,87 persen menjadi 1.919,80 dolar AS pada Selasa (26/9/2023), dan tergelincir 9,00 dolar AS atau 0,46 persen menjadi 1.936,60 dolar AS pada Senin (25/9/2023).

“Pasar obligasi baru saja mematikan harapan rebound emas dalam jangka pendek,” kata Ed Moya, analis di platform perdagangan online OANDA.

“Emas seharusnya hampir mencapai titik terendahnya, namun kekhawatiran atas melonjaknya suku bunga obligasi membuat para pedagang logam khawatir bahwa penurunan tersebut mungkin tidak akan segera berakhir. Pergerakan di pasar obligasi membuat kurva imbal hasil obligasi pemerintah lebih terlihat pada jangka panjang, dan ini merupakan berita buruk bagi emas.”

Imbal hasil obligasi pemerintah AS, yang mengacu pada obligasi 10-tahun AS, melesat ke level tertinggi baru dalam 16 tahun pada Kamis (28/9/2023), di tengah ekspektasi kenaikan suku bunga lebih lanjut oleh Federal Reserve. Aksi jual di pasar obligasi terus berlanjut bahkan ketika dolar AS turun dari level tertinggi bulan ini.

“Jatuhnya emas di bawah level 1.900 dolar AS telah membuka pintu bagi penjualan teknis menuju wilayah 1.870 dolar AS,” tambah Moya. ”Jika imbal hasil obligasi global mengarah lebih tinggi meskipun ada ekspektasi bahwa inflasi akan turun, posisi pasar saat ini dapat memungkinkan emas anjlok menuju wilayah 1.800 dolar AS.”

Data ekonomi yang dirilis pada Kamis (28/9/2023) mendukung emas, mencegahnya jatuh lebih jauh. Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan bahwa klaim pengangguran awal AS merangkak naik hingga 204.000, meningkat 2.000 dari level revisi minggu sebelumnya sebesar 202.000.

Departemen Perdagangan AS melaporkan bahwa produk domestik bruto (PDB) riil AS meningkat pada tingkat tahunan sebesar 2,1 persen pada kuartal kedua tahun 2023. Pada kuartal pertama, PDB riil meningkat 2,2 persen.

National Association of Realtors (NAR) melaporkan bahwa penjualan rumah tertunda, yang mengukur perubahan jumlah rumah yang telah memiliki kontrak jual namun masih menunggu finalisasi transaksi, di AS turun 7,1 persen pada Agustus dibandingkan bulan sebelumnya. Para ekonom memperkirakan penjualan rumah yang tertunda akan turun 1,0 persen pada Agustus.

Investor sedang menunggu rilis indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi, ukuran inflasi pilihan Federal Reserve, pada Jumat.

Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Desember naik 1,70 sen atau 0,07 persen, menjadi ditutup pada 22,741 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman Januari terangkat 18,80 dolar AS atau 2,10 persen, menjadi menetap pada 915,10 dolar AS per ounce.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement